Jumat, 12 September 2014

Rabun Dekat dan Rabun Jauh dan Penjelasannya

13471105201329471743


1347110657117664250

Penyebab, Tips Mencegah dan Mengatasi Rabun Jauh
Rabun jauh (mata minus) atau secara medis disebut dengan myopia (Inggris: Nearsightedness) adalah kondisi dimana mata tidak mampu melihat objek yang relatif jauh dengan jelas (terlihat kabur) dan memiliki kemampuan untuk melihat objek yang relatif lebih dekat dengan jelas. Hal ini terjadi karena cahaya pantulan objek yang masuk ke mata (focal point) tidak jatuh tepat di retina, melainkan jatuh di depan retina sehingga menyebabkan gambar yang diterima mata menjadi kabur (gambar 2).
Animasinya penyebab Rabun Jauh bisa dilihat di link ini, Your Eye Guide
Biasanya rabun jauh ini dialami oleh kalangan pelajar yang “”kutu buku” dan orang-orang yang bekerja di depan komputer ^_^
Khusus kalangan pelajar atau peneliti sains yang cukup sering menggunakan mikroskop, sebaiknya secara periodik melihat objek jauh saat menggunakan mikroskop, dan untuk mikroskop monokuler menggunakan mata kiri dan kanan secara bergantian, karena hal inilah salah satu penyebab berbedanya ukuran dioptri mata kiri dan kanan.
Rabun jauh diklasifikasikan berdasarkan ukuran refraksi lensa yang dibutuhkan untuk mengoreksinya dalam satuan dioptri.
Miopia ringan, lensa koreksinya (-) 0,25 s/d 3,00 Dioptri.
Miopia sedang, lensa koreksinya (-) 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
Miopia tinggi, lensa koreksinya > (-) 6,00 Dioptri. Penderita miopia kategori ini rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut terbuka.
Beberapa faktor resiko terjadinya miopia diantaranya adalah:
  1. Genetis. Sebagian besar kasus rabun jauh disebabkan oleh penurunan sifat dari orang tua.

  2. Ras. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih besar (70% - 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% - 40%). Paling kecil adalah Afrika (10% - 20%).

  3. Kekurangan makanan bergizi pada masa pertumbuhan hingga usia 12 tahun.

  4. Kebiasaan buruk, misalnya kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus seperti membaca, melihat media visual (televisi, komputer, gadget) dalam jarak dekat, membaca sambil tiduran, dan membaca di tempat yang kurang cahaya (remang).
Pencegahan Rabun Jauh sebaiknya dimulai dari usia dini, menghindari kebiasaan buruk, mengkonsumsi makanan bergizi khususnya yang mendukung kesehatan mata seperti telur, brokloi, buah alpukat, wortel dan bayam.
Sedangkan untuk mengatasi Rabun Jauh adalah dengan menggunakan kacamata minus atau lensa kontak (ukurannya dapat diketahui melalui periksa mata ke dokter atau di toko kacamata yang memiliki alat pengukur dioptri), terapi obat mata khusus dan melalui operasi misalnya melalui operasi LASIK (Laser-assisted in-situ keratomileusis).
Saya pernah menerima nasehat bahwa rajin membaca Al-Qur’an adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan mata.
Istilah medis untuk Rabun Dekat adalah Hyperopia atau Hypermetropia (Inggris: Farsightedness), Rabun Dekat adalah kebalikan dari Rabun Jauh, bisa melihat objek jauh dengan jelas dan terlihat kabur melihat objek yang dekat. Hal ini terjadi karena fokal point jatuh diluar retina mata (Gambar 3).
Animasinya penyebab Rabun Dekat bisa dilihat di link ini, Your Eye Guide
Rabun Dekat sering dikaitkan dengan presbyopia (menurunnya elastilitas lensa), biasanya dialami oleh seseorang yang telah berusia sekitar 40 tahun, karena di antara keduanya mempunyai kemiripan gejala yaitu rabun jauh. Jadi secara teknis rabun jauh punya dua nama, disebut hipermetropia jika terjadi pada anak dan orang dewasa usia dibawah 40 tahun dan disebut presbiopia jika terjadi pada orang tua usia 40 tahun ke atas.
Kebanyakan bayi lahir dalam keadaan hipermetropia dan sembuh dengan sendirinya pada usia sekitar 12 tahun. Pada usia muda kemampuan akomodasi mata masih sangat baik, sehingga anak atau remaja yang mengidap hipermetropia tidak merasa terganggu. Pada orang dewasa, kemampuan akomodasi mata akan banyak menurun dan sangat terasa pada usia sekitar 40 tahun, di mana pada saat itu ia akan kesulitan melihat benda kecil dalam jarak dekat (± 30cm).
Pada orang tua, rabun dekat merupakan bagian dari proses penuaan yang secara alamiah dialami oleh hampir semua orang. Penderita akan menemukan perubahan kemampuan penglihatan dekatnya pertamakali pada pertengahan usia empat puluhan. Pada usia ini, keadaan lensa kristalin berada dalam kondisi dimana elastisitasnya telah banyak berkurang sehingga menjadi lebih kaku dan menimbulkan hambatan terhadap proses akomodasi, karena proses ini utamanya adalah dengan mengubah bentuk lensa kristalin menjadi lebih cembung.
Rabun Dekat biasanya dialami oleh orang yang berprofesi supir dan pelaut.
Pencegahan Rabun Dekat sulit dicegah karena merupakan proses alamiah dari penuaan, namun prosesnya dapat diperlambat dengan mengkonsumsi makanan yang mendukung kesehatan mata, menjaga mata dari terpaan cahaya matahari langsung, melihat objek yang dekat secara periodik bagi yang berprofesi supir dan pelaut.
Sedangkan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menggunakan lensa positif, operasi bedah mata dan terapi pengobatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar