Selasa, 20 Januari 2015

AL-BIRUNI (973-1048)

     Abu Tayhan Muhammed Ibnu Ahmad Al-Biruni terlahir menjelang terbit fajar pada 4 September 973 M di Kath (Khiva sekarang). Sebuah kota di sekitar wilayah aliran Sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan). Masa kecilnya tidak banyak diketahui. Al-Biruni dalam biografinya mengaku sama sekali tidak mengenal ayahnya dan hanya sedikit mengenal kakeknya.
     Selain menguasai beragam ilmu pengetahuan, Al-Biruni juga fasih dengan sederet bahasa seperti Arab, Turki, Persia, Sansekerta, Yahudi, dan Suriah. Semasa muda dia menimba ilmu matematika dan astronomi dari Abu Nasir Mansur.
     Menginjak usia 20 tahun, Al-Biruni telah menulis beberapa karya di bidang sains. Dia juga kerap bertukar pikiran dan pengalaman dengan Ibnu Sina, ilmuwan besar Muslim lainnya yang begitu berpengaruh di Eropa.
     Al-Biruni tumbuh dewasa dalam situasi politik yang kurang menentu. Ketika berusia 20 tahun, Dinasti Khwarizmi digulingkan oleh Emir Ma'mun Ibnu Muhammad dari Gurgan. Saat itu, Al-Biruni meminta perlindungan dan mengungsi di Istana Sultan Nuh Ibnu Mansur.
     Pada 998 M, Sultan dan Al-Biruni pergi ke Gurgan di Laut Kaspia. Dia tinggal di wilayah itu selama beberapa tahun. Selama tinggal di Gurgan, Al-Biruni menyelesaikan salah satu karyanya The Chronology of Ancient Nations. Sekira 11 tahun kemudian, dia kembali ke Khwarizmi.
     Sekembalinya dari Gurgan, Al-Biruni menduduki jabatan terhormat sebagai penasihat sekaligus pejabat istana bagi pengganti Emir Ma'mun. Pada 1017, situasi politik kembali bergolak menyusul kematian anak kedua Emir Ma'mun akibat pemberontakan. Khwarizmi pun diinvasi oleh Mahmud Ghazna pada 1017. Mahmud lalu membawa para pejabat Istana Khwarizmi untuk memperkuat kerajaannya yang bermarkas di Ghazna, Afghanistan. Al-Biruni adalah salah seorang ilmuwan dan pejabat istana yang ikut diboyong. Selain itu, ilmuwan lainnya yang dibawa Mahmud ke Ghazna adalah matematikus, Ibnu Iraq, dan seorang dokter, Ibnu Khammar.
     Untuk meningkatkan prestise istana yang dipimpinnya, Mahmud sengaja menarik para sarjana dan ilmuwan ke Istana Ghazna. Mahmud pun melakukan beragam cara untuk mendatangkan para ilmuwan ke wilayah kekuasaannya. Ibnu Sina sempat menerima undangan bernada ancaman dari Mahmud agar datang dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya di Istana Ghazna.
     Meski Mahmud terkesan memaksa, Al-Biruni menikmati keberadaannya di Ghazna. Di Istana, dia dihormati dan dengan leluasa dapat mengembangkan pengetahuan yang dikuasainya. Salah satu tugas Al-Biruni adalah menjadi seorang astrolog istana bagi Mahmud dan penggantinya.
     Pada 1017 hingga 1030, Al-Biruni berkesempatan melancong ke India. Selama 13 tahun, dia mengkaji seluk-beluk India hingga melahirkan apa yang disebut Indologi atau studi tentang India. Di negeri Hindustan itu dia mengumpulkan beragam bahan bagi penelitian monumental yang dilakukannya. Dia mengorek dan menghimpun sejarah, kebiasaan, keyakinan atau kepercayaan yang dianut masyarakat subbenua India.
     Selama hidupnya, Al-Biruni menghasilkan karya besar dalam bidang astronomi lewat Masudic Canon yang didesikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma'sud. Atas karyanya itu, Ma'sud menghadiahkan seekor gajah bermuatan penuh dengan perak. Namun, Al-Biruni mengembalikan hadia yang diterimanya itu ke kas negara. Sebagai bentuk penghargaan, Ma'sud juga menjamin Al-Biruni dengan uang pensiun yang dapat membuatnya tenang beristirahat serta terus mengembangkan ilmu pengetahuan.
     Al-Biruni lali menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Selain itu, sang ilmuwan itu pun menulis sedikit karya dalam bidang kedokteran, geografi, serta fisika.
     Al-Biruni tercatat sebagai astronom yang melakukan percobaan yang berhubungan dengan fenomena astronomi. Dia menduga Galaksi Bima Sakti adalah kumpulan sejumlah bintang. Pada 1031 dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun Al Mas'udi.
     Selain itu, Al-Biruni merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan istilah astronomi dengan astrologi. Hal itu dilakukannya pada abad ke-11 M. Dia juga menghasilkan beberapa karya penting dalam bidan astrologi.
      Dalam ilmu bumi, Al-Biruni menghasilkan sejumlah sumbangan penting sehingga dia dinobatkan sebagai "Bapak Geodesi". Dia juga memberi kontribusi signifikan dalam kartografi, geografi, geologi, dan mineralogi. Pada usia 22 tahun, Al-Biruni telah menulis karya penting dalam kartografi, yakni sebuah studi tentang proyeksi pembuatan peta.
     Al-Biruni telah berperan memperkenalkan metode saintifik dalam setiap bidang yang dipelajarinya. Misalnya, dalam Al-Jamawir yang sangat eksperimental. Pada bidang optik, Al-Biruni bersama Ibnu Al-Haitham termasuk ilmuwan pertama yang mengkaji dan mempelajari ilmu optik. Dialah yang pertama kali menemukan bahwa kecepatan cahaya lebih cepat dari kecepatan suara.
     Dalam ilmu sosial, Al-Biruni didapuk sebagai antropolog pertama di dunia. Dia menulis secara studi komparatif terkait antropologi manusia, agama, dan budaya di Timur Tengah, Mediterania, dan Asia Selatan. Dia dipuji sejumlah ilmuwan karena telah mengembangkan antropologi Islam. Dia juga mengembangkan metodologi yang canggih dalam studi antropologi.
     Al-Biruni wafat di usia 75 tahun pada 13 Desember 1048 di Ghazna. Untuk mengenang jasanya, para astronom mengabadikan nama Al-Biruni di kawah bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar