A. Pendahuluan
Dalam sistem koordinasi diperlukan tiga komponen agar fungsi
koordinasi dapat berlangsung, yaitu reseptor, konduktor, dan efektor.
1. Reseptor
Reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima
rangsangan. Bagian yang berfungsi sebagai penerima rangsangan tersebut
adalah indra.
2. Konduktor
Konduktor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghantar
rangsangan. Bagian tersebut adalah sel – sel saraf (neuron) yang
membentuk sistem saraf. Sel – sel saraf ini ada yang berfungsi membawa
rangsangan ke pusat saraf ada juga yang membawa pesan dari pusat saraf.
3. Efektor
Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot
dan kelenjar (baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin). Keterkaitan
ketiga komponen tersebut dapat kita buat skema sederhana seperti
berikut.
Nah, dari skema di atas tampak jelas bahwa antara sistem saraf dan
indra sangat erat kaitannya dalam sistem koordinasi. Berikut ini akan
kita bahas mengenai sistem saraf dan indra tersebut.
B. Sistem Saraf
Sebagai sistem koordinasi, sistem saraf mempunyai fungsi:
- Pengendalian kerja alat – alat tubuh agar bekerja serasi.
- Alat komunikasi antara tubuh dengan lingkungan di luar tubuh, yang
dilakukan oleh ujung saraf pada indra, dan lingkungan dalam tubuh.
- Pusat kesadaran, kemauan, dan pikiran. Untuk melaksanakan fungsi
tersebut maka sistem saraf tersusun oleh berbagai organ, jaringan dan
juga komponen terkecil yaitu sel.
1. Sel Saraf
Sistem saraf tersusun oleh komponen – komponen terkecil yaitu sel –
sel saraf atau neuron. Neuron inilah yang berperan dalam menghantarkan
impuls (rangsangan). Sebuah sel saraf terdiri tiga bagian utama yaitu
badan sel, dendrit dan neurit (akson). Lihat Gambar 3.1
a. Badan Sel
Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Di dalam
sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi
untuk membawa rangsangan.
b. Dendrit
Dendrit adalah serabut – serabut yang merupakan penjuluran
sitoplasma. Pada umumnya sebuah neuron mempunyai banyak dendrit dan
ukuran dendrit pendek. Dendrit berfungsi membawa rangsangan ke badan
sel.
c. Neurit (akson)
Neurit atau akson adalah serabut – serabut yang merupakan penjuluran
sitoplasma yang panjang. Sebuah neuron memiliki satu akson. Neurit
berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain.
Neurit di bungkus oleh selubung lemak yang disebut myelin yang terdiri
atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi untuk
isolator dan pemberi makan sel saraf. Antara neuron satu dengan neuron
satu dengan neuron berikutnya tidak bersambungan secara langsung tetapi
membentuk celah yang sangat sempit. Celah antara ujung neurit suatu
neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan sinapsis (lihat
Gambar 3.2). Pada bagian sinaps inilah suatu zat kimia yang disebut
neurotransmiter (misalnya asetilkolin) menyeberang untuk membawa impuls
dari ujung neurit suatu neuron ke dendrit neuron berikutnya.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya neuron dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Neuron Sensorik
Neuron sensorik adalah neuron yang membawa impuls dari reseptor
(indra) ke pusat susunan saraf (otak dan sumsum tulang belakang).
b. Neuron Motorik
Neuron motorik adalah neuron yang membawa impuls dari pusat susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar).
c. Neuron Konektor
Neuron konektor adalah neuron yang membawa impuls dari neuron sensorik ke neuron motorik.
2. Jalan yang Dilalui Impuls
Pada umumnya kita menggerakkan bagian badan karena kemauan kita atau
atas perintah otak. Menulis, membuka payung, mengambil makanan atau
berjalan merupakan contoh gerak yang kita sadari, sehingga gerak semacam
ini disebut gerak sadar. Pada gerak sadar ini, gerakan tubuh
dikoordinasi oleh otak. Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra)
disampaikan ke otak melalui neuron sensorik.
Di otak rangsangan tadi diartikan dan diputuskan apa yang akan
dilakukan. Kemudian otak mengirimkan perintah ke efektor melalui neuron
motorik. Otot (efektor) bergerak melaksanakan perintah otak. Secara
ringkas lintasan/jalan gerak sadar tersebut dapat kita buat skema
sebagai berikut.
Kadang-kadang bagian tubuh kita juga melakukan suatu gerakan yang
terjadinya secara tiba – tiba tanpa disadari. Misalnya saat lutut kita
di ketuk / di pukul pada bagian tendon (lihat Gambar 3.4). Akibatnya
secara tidak sadar, kaki kita akan menyentak. Gerakan yang dilakukan
oleh kaki tersebut terjadi secara tiba – tiba dan tidak diperintah oleh
otak. Gerak semacam ini disebut gerak refleks. Secara ringkas lintasan
gerak refleks dapat kita buat skema sebagai berikut.
Tapi kalian harus tahu bahwa jalannya impuls gerak refleks ada dua
macam yaitu lintasan refleks spinalis dan lintasan refleks cranialis.
Lintasan refleks spinalis yaitu lintasan gerak refleks yang melalui
sumsum tulang belakang. Contohnya gerakan mengangkat kaki secara
tiba-tiba saat lutut kita dipukul. Sedangkan lintasan cranialis yaitu
bila lintasan gerak refleks melalui otak, tetapi otak memberikan
tanggapan secara langsung tanpa kesadaran manusia. Contoh gerak refleks
yang melalui lintasan cranialis adalah gerak mengecilnya pupil mata
apabila mata menerima cahaya yang terang. Untuk mengetahui gerak refleks
lakukan kegiatan berikut.
3. Susunan Saraf Manusia
Jutaan sel – sel saraf bergabung membentuk suatu sistem yang
dinamakan sistem saraf. Sistem saraf manusia terdiri dari susunan saraf
pusat dan susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri atas otak dan
sumsum tulang belakang sedangkan susunan saraf tepi tersusun atas
serabut – serabut saraf yang menuju ke susunan saraf pusat dan dari
susunan saraf pusat ke seluruh tubuh. Perhatikan skema sistem saraf
manusia berikut.
4. Sistem Saraf Pusat
a. Otak
Otak terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis
selaput kuat yang disebut meninges. Selaput paling luar disebut
duramater, paling dalam adalah piamater dan yang tengah disebut
arachnoid. Di antara ketiga selaput tersebut terdapat cairan
serebrospinal yang berfungsi untuk mengurangi benturan atau goncangan.
Peradangan yang terjadi pada selaput ini dinamakan meningitis.
Penyebabnya bisa karena infeksi virus. Otak manusia terbagi menjadi tiga
bagian yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang
otak.
1) Otak Besar (cerebrum)
Otak besar manusia terletak di dalam tulang tengkorak. Otak besar
memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan.
Belahan otak kiri melayani tubuh sebelah kanan dan belahan otak kanan
melayani tubuh sebelah kiri. Otak besar terdiri atas dua lapisan.
Lapisan luar berwarna kelabu disebut korteks, berisi badan – badan sel
saraf. Lapisan dalam berwarna putih berisi serabut – serabut saraf.
Otak besar berfungsi sebagai pusat kegiatankegiatan yang disadari
seperti berpikir, mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan
bergerak.
2) Otak Kecil (cerebellum)
Otak kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak
kecil seperti otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri serta
terbagi menjadi dua lapis. Lapisan luar berwarna kelabu dan bagian dalam
berwarna putih. Belahan kanan dan kiri otak kecil dihubungkan oleh
jembatan Varol. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh
dan mengkoordinasi kerja otot – otot ketika kita bergerak.
3) Sumsum Lanjutan
Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak serta
menghubungkan pons Varoli dengan sumsum tulang belakang. Sumsum tulang
belakang berfungsi sebagai:
- pusat pengendali pernapasan,
- menyempitkan pembuluh darah,
- mengatur denyut jantung,
- mengatur suhu tubuh.
b. Sumsum Tulang Belakang (medulla spinalis)
Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang
belakang, mulai dari ruas – ruas tulang leher sampai ruas tulang
pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga di bungkus oleh selaput
meninges.
Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar
tampak berwarna putih (substansi alba) dan bagian dalam yang berbentuk
seperti kupu – kupu, berwarna kelabu (substansi grissea). Pada bagian
yang berwarna putih banyak mengandung akson (neurit) yang diselimuti
myelin. Bagian ini untuk menghantarkan impuls menuju otak dan dari otak
menuju efektor. Bagian yang berwarna kelabu mengandung serabut saraf
yang tidak ada myelinnya. Bagian ini dibedakan dua yaitu akar dorsal
atau akar posterior dan akar ventral atau akar anterior. Akar dorsal
mengandung neuron sensorik dan akar ventral mengandung neuron motorik.
Sumsum tulang belakang berfungsi untuk:
- menghantarkan impuls dari dan ke otak,
- memberi kemungkinan jalan terpendek gerak refleks.
5. Susunan Saraf Tepi
Susunan saraf tepi tersusun atas serabut – serabut saraf dari dan ke
pusat susunan saraf. Susunan saraf tepi berupa 12 pasang serabut saraf
dari otak dan 31 pasang serabut saraf dari sumsum tulang belakang.
a. Saraf Otak (saraf cranial)
Saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan
melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini
berjumlah 12 pasang, berhubungan erat dengan otot mata, telinga, hidung,
lidah dan kulit. Kedua belas pasang urat saraf otak tersebut secara
ringkas tercantum dalam Tabel 3.1 berikut.
Dari kedua belas saraf otak tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu:
- saraf sensorik : saraf nomor I, II, VIII
- saraf motorik : saraf nomor III, IV, VI, XI, XII
- saraf gabungan sensorik dan motorik : saraf nomor V, VII, IX, dan X
Ada saraf yang memiliki jangkauan fungsi sangat luas yaitu saraf
nomor X (saraf vagus). Sehingga disebut saraf pengembara. Sifat kerja
saraf vagus seperti saraf parasimpatik.
b. Saraf Sumsum Tulang Belakang (saraf spinal)
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang yang keluar dari:
- Ruas – ruas tulang leher : 8 pasang
- Ruas – ruas tulang punggung : 12 pasang
- Ruas – ruas tulang pinggang : 5 pasang
- Ruas – ruas tulang kelangkang : 5 pasang
- Ruas – ruas tulang ekor : 1 pasang
Semua saraf sumsum tulang belakang bersifat campuran artinya saraf
ini untuk meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga
meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot rangka tubuh.
Semua neuron sensorik masuk ke sumsum tulang belakang melalui akar
dorsal dan neuron motorik keluar dari sumsum tulang belakang melalui
akar ventral.
6. Sistem Saraf Tak Sadar (Saraf Autonom)
Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang
bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem
saraf autonom mengendalikan kegiatan organ – organ dalam seperti otot
perut, pembuluh darah, jantung dan alat – alat reproduksi. Menurut
fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu:
- Sistem saraf simpatik
- Sistem saraf parasimpatik
Sistem saraf simpatik terdiri atas 25 pasang ganglion yang berasal dari:
- Ruas tulang belakang : 3 pasang
- Ruas tulang punggung : 11 pasang
- Ruas tulang pinggang : 4 pasang
- Ruas tulang kelangkang : 4 pasang
- Ruas tulang ekor : 3 pasang
Dari ganglion – ganglion tersebut keluar serabut saraf yang
mengendalikan kerja organ seperti jantung, pembuluh darah, kelenjar
keringat dan semua alat dalam. Serabut saraf dari sistem saraf
parasimpatik juga menuju organ – organ yang dikendalikan oleh saraf
simpatik. Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja
secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ.
Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda. Apabila
suatu organ menjadi aktif karena rangsangan saraf simpatik, maka di lain
pihak akan dilambatkan atau dihentikan oleh saraf parasimpatik.
Perhatikan perbandingan pengaruh kerja saraf simpatik dan saraf parasimpatik pada Gambar 3.9.
C. Sistem Indra
Di bagian awal pokok bahasan ini sudah di singgung bahwa indra
berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai
penerima rangsangan. Ada lima macam indra yang berfungsi sebagai
penerima rangsangan yaitu:
- Mata, sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor).
- Telinga, sebagai penerima rangsang getaran bunyi (fonoreseptor) dan tempat beradanya indra keseimbangan (statoreseptor).
- Hidung, sebagai penerima rangsang bau berupa gas (kemoreseptor).
- Lidah, sebagai penerima rangsang zat yang terlarut (kemoreseptor).
- Kulit, sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor) dan suhu (temperatur).
Tiap indra akan berfungsi dengan sempurna apabila:
- Indra tersebut secara anatomi tidak ada kelainan.
- Bagian untuk penerima rangsang bekerja dengan baik.
- Saraf – saraf yang membawa rangsang dari dan ke otak bekerja baik.
- Pusat pengolahan rangsang di otak bekerja baik.
Bila salah satu dari bagian tersebut rusak atau terganggu, maka hubungan dengan dunia luar akan terganggu juga.
1. Mata
Mata berfungsi untuk menerima rangsang berupa cahaya, karena di
dalamnya terdapat reseptor penerima cahaya yang disebut fotoreseptor.
Mata terletak di dalam rongga mata yang dilindungi oleh tulang – tulang
tengkorak. Selain itu mata juga dilindungi oleh:
- Kelopak mata, berupa kulit tipis yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu atau sentuhan benda.
- Bulu mata, untuk melindungi mata dari cahaya yang terlalu menyilaukan.
- Alis, untuk melindungi mata dari aliran keringat dan air hujan.
- Air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata, untuk menjaga kelembapan mata dan membersihkan mata dari debu dan bakteri.
Mata manusia berbentuk agak bulat dengan garis tengah kurang lebih
2,5 sentimeter. Mata tersebut terdiri atas tiga lapisan jaringan yaitu:
a. Lapisan Sklera atau Selaput Putih
Merupakan lapisan paling luar, sangat kuat. Lapisan ini berwarna
putih sehingga sering disebut lapisan putih mata. Di bagian depan
lapisan ini membentuk kornea yang bening, untuk menerima cahaya masuk ke
dalam mata. Kornea ini selalu basah oleh air mata yang dihasilkan oleh
kelenjar air mata.
b. Lapisan Koroid atau Selaput Hitam
Merupakan lapisan di bawah sklera dan lapisan tengah bola mata.
Bagian ini banyak mengandung melanin dan pembuluh darah. Berfungsi untuk
menghentikan refleksi cahaya yang menyimpang di dalam mata. Di bagian
depan mata, koroid membentuk iris. Iris ini mengandung pigmen hitam,
biru, hijau atau coklat, sehingga dapat sebagai penentu warna mata. Di
bagian tengah iris terdapat pupil yang merupakan celah (bukaan), untuk
mengatur intensitas cahaya yang masuk mata. Di belakang iris terdapat
lensa mata berbentuk cembung di kedua sisi yang diikat oleh ligamen
suspensori. Mencembung atau memipihnya lensa menyebabkan mata
berakomodasi. Lihat Gambar 3.10 yang memperlihatkan perubahan lensa
mata.
c. Retina atau Selaput Pelangi
Retina adalah lapisan mata paling dalam. Pada lapisan ini terdapat
bagian yang paling peka terhadap cahaya yaitu bintik kuning (fovea).
Selain itu pada retina juga terdapat bintik buta, yaitu tempat keluarnya
saraf mata. Pada retina tersusun kurang lebih 125 juta sel – sel batang
(sel basilus) yang mampu menerima rangsang cahaya tidak berwarna dan
untuk melihat pada keadaan cahaya redup. Selain sel batang, pada retina
juga terdapat kurang lebih 7 juta sel kerucut (sel konus) yang berfungsi
menerima rangsang cahaya kuat dan berwarna. Sel kerucut lebih banyak
terdapat pada bagian bintik kuning (fovea centralis). Jadi bila ingin
melihat suatu benda dengan jelas, maka bayangan harus jatuh di bagian
ini.
Di retina juga dijumpai daerah yang sama sekali tidak mengandung sel
batang ataupun sel kerucut. Bagian ini disebut bintik buta. Bila cahaya
jatuh di daerah ini, kita tidak bisa melihat apa – apa.
Suatu benda dapat di lihat oleh mata, bila benda tersebut memantulkan
cahaya. Cahaya yang dipantulkan oleh benda masuk ke mata melalui kornea
dan diteruskan ke lensa melalui pupil. Oleh lensa, cahaya tersebut
dibiaskan dan difokuskan di retina sehingga membentuk bayangan kecil dan
terbalik pada retina. Tetapi oleh otak bayangan tersebut diartikan
seperti gambar yang kita lihat.
Bayangan benda yang jatuh pada bintik buta tidak akan terlihat.
2. Telinga
Telinga merupakan tempat beradanya indra pendengaran dan
keseimbangan. Telinga manusia terdiri atas tiga bagian yaitu telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam.
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas:
- Daun telinga, berfungsi untuk menampung atau mengumpulkan gelombang bunyi.
- Liang telinga (saluran auditori), berfungsi untuk menyalurkan
gelombang bunyi ke selaput gendang telinga. Liang telinga panjangnya
kurang lebih 2,5 sentimeter. Di sepanjang dinding liang telinga terdapat
rambut halus, kelenjar minyak dan kelenjar keringat, yang berfungsi
menghalangi debu dan air yang masuk.
- Selaput gendang telinga (membran tymphani), yang membatasi telinga luar dan telinga tengah. Berfungsi untuk menangkap getaran.
b. Telinga Tengah
Telinga bagian tengah terdiri atas:
- Tulang – tulang pendengaran (osikel), yaitu berupa tiga tulang kecil
yang bersambung dari selaput gendang telinga menuju telinga dalam.
Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (malleus), yang letaknya
paling luar berhubungan dengan selaput gendang telinga. Berikutnya
adalah tulang landasan (inkus) yang menghubungkan martil dan sanggurdi.
Tulang paling dalam adalah tulang sanggurdi (stapes), yang melekat
dengan saluran rumah siput pada tingkap jorong.
- Saluran Eustachius, yaitu saluran sempit yang menghubungkan telinga
tengah dengan bagian belakang tenggorokan. Saluran ini terbuka saat kita
mengunyah, menguap, bersin atau membuka mulut. Fungsi saluran ini
adalah untuk memasukkan udara ke rongga telinga tengah sehingga tekanan
udara di kedua gendang telinga sama dengan udara di luar tubuh.
c. Telinga Dalam
Telinga bagian dalam terdiri atas:
- Tingkap jorong dan tingkap bulat, merupakan membran yang terdapat
pada pangkal saluran rumah siput (kokhlea). Tingkap jorong merupakan
membran berbentuk oval yang berhubungan dengan tulang sanggurdi.
Sedangkan tingkap bundar merupakan membran berbentuk bundar/ bulat.
Tingkap berfungsi untuk menyalurkan getaran ke telinga dalam dan tingkap
bulat sebagai penyeimbang getaran.
- Saluran rumah siput (kokhlea), yaitu saluran berbentuk spiral
menyerupai rumah siput. Di dalam kokhlea ( di bagian tengah) terdapat
organ corti, yang berisi ribuan “sel rambut” yang peka terhadap getaran.
Impuls yang timbul di dalam sel rambut tersebut diteruskan oleh saraf
auditori ke otak (lihat Gambar 3.13).
- Tiga saluran setengah lingkaran (kanalis semi sirkularis), yaitu
tiga buah saluran setengah lingkaran yang satu dengan yang lain
membentuk sudut 90°. Pada ujung setiap saluran terdapat penebalan
(menggelembung) yang disebut ampulla dan bergabung dengan utrikulus dan
sakulus.
Bagaimanakah kita dapat mendengar suatu bunyi? Kita dapat mendengar
suatu bunyi pada dasarnya dengan urutan sebagai berikut (lihat Gambar
3.15).
- Gelombang bunyi diterima daun telinga.
- Gelombang bunyi disalurkan masuk oleh liang telinga.
- Gelombang bunyi menggetarkan gendang telinga.
- Getaran tersebut diteruskan oleh tulang-tulang. pendengaran (osikel).
- Getaran diteruskan ke tingkat jorong dan menggetarkan cairan limfe di dalam kokhlea.
- Getaran cairan limfe di dalam kokhlea menggerakkan sel reseptor
organ korti, yang menghasilkan impuls untuk dihantarkan oleh saraf
pendengar ke otak untuk diartikan.
- Getaran cairan limfe juga menggerakkan tingkap bulat bergerak keluar
masuk untuk mengatur tekanan udara di dalam agar seimbang dengan
tekanan di luar.
Bunyi yang didengar manusia adalan bila bunyi tersebut mempunyai frekuensi 20 – 20 000 getaran/detik (Hz).
Selain sebagai indra pendengaran, telinga juga sebagai indra
keseimbangan. Fungsi keseimbangan ini terdapat pada telinga dalam yang
dilaksanakan oleh tiga saluran setengah lingkaran utrikulus dan sakulus.
Dengan adanya tiga organ tersebut maka telinga bagian dalam dapat
mendeteksi:
- Posisi tubuh yang berhubungan dengan gravitasi (keseimbangan statis) yang dilakukan oleh utrikulus dan sakulus.
- Gerakan tubuh (keseimbangan dinamis) yang dilakukan oleh tiga saluran setengah lingkaran.
Pada ujung setiap saluran setengah lingkaran terdapat struktur yang
disebut ampulla. Di dalamnya terdapat reseptor menyerupai rambut yang
berhubungan dengan serabut saraf otak. Sel – sel yang menyerupai rambut
tersebut menghadap ke bagian yang berbentuk jeli (lihat Gambar 3.15).
Dengan adanya gerakan tubuh (kepala), maka cairan yang ada di dalam
saluran setengah lingkaran bergerak dan merangsang sel reseptor seperti
rambut tersebut. Oleh sel reseptor gerakan tersebut diubah menjadi
impuls dan diteruskan ke otak dan otak memerintah otot menjaga
keseimbangan tubuh. Sedangkan di utrikulus dan sakulus terdapat batu
kecil yang disebut otolith. Batu tersebut merangsang dengan cara menekan
sel reseptor serta bereaksi terhadap gravitasi. Otak akan dapat
menentukan posisi kepala dari gerakannya.
3. Hidung
Hidung manusia merupakan organ tempat beradanya reseptor pembau
(khemoreseptor). Maka dengan organ ini kita dapat mengetahui berbagai
macam bau. Bahkan hanya dengan mambau saja kita dapat mengetahui nama
benda tanpa harus melihatnya. Sel – sel reseptor yang berfungsi untuk
menerima rangsangan zat kimia berupa uap terletak di rongga hidung
bagian atas (lihat Gambar 3.16). Daerah ini memiliki ukuran sekitar 250
mm
2. Sel – sel reseptor ini mempunyai rambut – rambut halus
(silia) di ujungnya dan diliputi selaput lendir yang berfungsi sebagai
pelembap. Dari sel – sel reseptor ini rangsang dibawa oleh serabut saraf
menuju pusat pembau di otak.
Kita dapat membau suatu zat karena zat yang berupa uap tersebut masuk
ke rongga hidung sewaktu kita menarik napas. Zat tersebut akan
dilarutkan pada selaput lendir dan merangsang sel – sel reseptor,
kemudian dibawa oleh saraf pembau ke otak sehingga kita dapat mengetahui
bau tersebut.
4. Lidah
Lidah merupakan tempat beradanya indra pengecap (khemoreseptor). Zat
yang dapat dikecap adalah zat – zat kimia berupa larutan. Pada saat kita
mengecap makanan, rasa yang timbul sebenarnya adalah perpaduan antara
rasa dan bau. Oleh karena itu indra pengecap erat kaitannya dengan indra
pembau. Lidah terbentuk oleh jaringan otot yang ditutupi oleh selaput
lendir yang selalu basah dan berwarna merah jambu. Di dalam mulut,
permukaan lidah terasa halus dan licin. Coba kalian perhatikan lidah
kalian di cermin, maka akan tampak tonjolan – tonjolan kecil di
permukaan lidah. Tonjolan kecil itu disebut papila. Ada tiga jenis
papila yang ada di permukaan lidah yaitu:
- Papila sirkumvalata, yang berbentuk cincin. Papila ini terdapat di pangkal lidah, berjajar membentuk huruf V.
- Papila fungiformis, yang berbentuk seperti jamur. Papila ini menyebar di permukaan ujung dan sisi lidah.
- Papila filiformis, yang berbentuk seperti rambut. Papila ini
merupakan papila terbanyak. Papila inilebih banyak berfungsi sebagai
perasa sentuhan daripada pengecap.
Pada papila – papila inilah terdapat kuncup pengecap yang merupakan
kumpulan ujung-ujung saraf pengecap dan oleh serabut – serabut saraf
dihubungkan dengan otak. Suatu zat dapat dirasakan oleh lidah bila zat
tersebut berupa larutan. Larutan tersebut kemudian memenuhi parit –
parit di sekitar papila – papila. Karena pada papila tersebut terdapat
kuncup – kuncup pengecap, maka zat yang mengisi parit tersebut
merangsang kuncup pengecap. Rangsangan ini diteruskan oleh serabut saraf
menuju ke otak untuk diartikan. Kuncup – kuncup pengecap dapat
membedakan empat rasa pokok yaitu asam, pahit, manis dan asin. Namun
terkadang kita juga dapat merasakan lebih dari empat rasa tersebut. Hal
ini terjadi karena melibatkan faktor – faktor lain yaitu:
- Kombinasi keempat rasa utama tersebut menghasilkan rasa baru.
- Peranan reseptor – reseptor pencium, suhu dan sentuhan.
Keempat rasa tersebut di atas, dirasakan oleh kuncup – kuncup
pengecap yang berbeda dan kuncupkuncup tersebut berkumpul pada bagian
tertentu di permukaan lidah (lihat Gambar 3.17). Namun tiap orang
mempunyai variasi keluasan daerah penyebaran rasa tersebut.
5. Kulit
Selain sebagai alat ekskresi, kulit juga berfungsi sebagai indra
perasa dan peraba. Reseptor – reseptor yang terdapat pada kulit adalah:
- Korpus meissner, yang terletak di dekat permukaan kulit. Berfungsi
untuk menerima rangsang sentuhan/ rabaan. Reseptor ini tersebar tidak
merata di permukaan kulit. Ujung jari memiliki paling banyak reseptor
peraba.
- Korpus pacini, yang berfungsi menerima rangsang tekanan. Letaknya di bawah lapisan dermis.
- Korpus ruffini, berfungsi untuk menerima rangsang panas. Letaknya di lapisan dermis.
- Korpus krause, befungsi untuk menerima rangsang dingin. Letaknya di lapisan dermis.
- Ujung saraf tanpa selaput, yang peka terhadap rasa sakit/ nyeri.
Letaknya di lapisan epidermis. Saraf ini sangat penting untuk
keselamatan tubuh. Jika terjadi sesuatu yang tidak menguntungkan, saraf
ini cepat bereaksi, antara lain dengan adanya gerak refleks.
D. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Indra
Beberapa kelainan atau penyakit pada alat indra yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari antara lain:
1. Miopi (Rabun Jauh)
Yaitu kelainan pada mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa
jatuh di depan retina. Kelainan ini terjadi karena lensa mata terlalu
cembung atau garis tengah mata panjang. Kelainan ini dapat ditolong
dengan menggunakan lensa negatif.
2. Hypermetropi (Rabun Dekat)
Yaitu kelainan mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh di
belakang retina. Kelainan ini terjadi karena lensa mata terlalu pipih
atau garis tengah mata pendek. Kelainan ini dapat ditolong dengan
menggunakan lensa positif.
3. Presbiopi
Yaitu kelainan pada mata karena tidak elastisnya lensa mata untuk
berakomodasi. Penderita kelainan ini biasanya menggunakan lensa ganda
yaitu lensa positif dan lensa negatif.
4. Rabun Senja
Kelainan pada mata karena defisiensi vitamin A. Akibatnya penderita
kesulitan melihat benda saat terjadi perubahan dari terang ke gelap atau
saat senja.
5. Katarak
Yaitu mengeruhnya lensa mata, yang dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B atau juga faktor usia.