Supernova atau ledakan bintang mempengaruhi secara signifikan medium antarbintang (interstellar medium).
Setiap ledakan tidak hanya memperkaya medium antarbintang dengan elemen massa yang lebih tinggi, tetapi juga memicu pembentukan bintang baru akibat ledakan dan gelombang kejut yang dihasilkannya.
Dalam astronomi bintang, istilah ‘nova’ berhubungan dengan sesuatu yang ‘baru’.
Istilah ‘supernova’ pertama kali diciptakan tahun 1926 oleh Fritz Zwicky, seorang astrofisikawan dan astronom Swiss.
Catatan paling awal tentang ledakan bintang bisa ditemukan pada tahun 185 M yang berisi catatan mengenai supernova SN 185.
Apa itu Supernova?
Sebuah supernova mengacu pada ledakan bintang atau ledakan bintang-bintang.
Saking kuatnya ledakan, radiasi cahaya yang dipancarkan mampu menyembunyikan sebuah galaksi dari pandangan.
Dibutuhkan beberapa bulan sebelum cahaya ledakan mulai memudar.
Penelitian menunjukkan bahwa sebuah supernova mampu memancarkan energi sebanding dengan energi yang dipancarkan matahari selama masa hidupnya.
Ledakan Supernova
Selama supernova, sebuah bintang yang hampir mati melontarkan semua materi penyusunnya. Kecepatan lontaran ini diperkirakan setara dengan sepersepuluh kecepatan cahaya.
Ledakan kolosal ini turut memancarkan gelombang kejut yang mengguncang medium antarbintang.
Selama supernova, sisa-sisa bintang ikut terlempar dalam bentuk gas dan debu.
Dalam kasus sebuah bintang tua, supenova dipicu ketika inti bintang tidak lagi mampu menghasilkan energi yang dicapai melalui reaksi fusi nuklir.
Ini menyebabkan keruntuhan gravitasi secara tiba-tiba dan mendadak. Setelah supernova berakhir, selanjutnya akan terbentuk bintang neutron atau lubang hitam.
Sisa-sisa pasca-ledakan bertahan dalam bentuk awan gas dan debu dan bisa bertahan selama hampir dua abad.
Ekspansi adiabatik kemudian membuat awan sisa supernova menyatu dengan medium antarbintang.
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sebuah supernova terjadi setidaknya setiap 50 tahun di galaksi Bima Sakti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar