Selasa, 31 Maret 2015

five years ago

Surabaya, 31 Maret 2014



          Hai kamu, apa kabar? Aku harap kau menikmati hidupmu yang sekarang. Udah lama banget sejak terakhir kali kita ketemu. Aku kangen kamu.

          Hari ini entah kenapa aku selalu kepikiran kamu terus, Tiba-tiba aku ingin semua kembali pada saat kita masih di usia 16 tahun. Waktu itu lucu ya, ingat nggak sih kamu kalau kita dulu pernah ketawa bareng. Kita sempat hampir saling membahagiakan.

          Kamu adalah orang polos yang sudah tau dunia dewasa. Aneh sih didengarnya, tapi ya memang itu lah kenyataannya. Kamu beda dari kebanyakan anak seumuran kita yang pada udah gandengan tangan dan pulang bareng. Jangankan ngelakuin itu, orang kamu ngrasa jatuh cinta aja belum pernah. Tapi justru itu semualah yang membuatku sayang dan penasaran dengan siapa kamu sebenarnya.

          Singkat cerita, udah 6 bulan kita deket. Tapi kamu belum juga mau punya niat buat lebih serius ke aku. Sebenarnya pengen juga dikasih kepastian sama kamu. Cewek mana sih yang mau digantung terus-terusan? Sakit juga sebenarnya nih hati, tapi ya mau gimana lagi. Jadi mau nggak mau aku ya musti nunggu. Sampai sekarang pun aku juga masih nunggu kamu loh :')

          Aku benci banget dengan hari itu. Hari yang membuat kita susah bertemu. Apalagi kalau bukan hari kelulusan. Aku harus pindah ke Surabaya karena pekerjaan orang tua pun terpaksa harus mengubur rasa sedihku dalam-dalam, walaupun tiap hari kita bertukar kabar. Tapi semakin ke sini ternyata kita semakin jarang berkomunikasi. Aku yang bukan siapa-siapa kamu pun harus merelakan ini semua, karena aku nggak punya hak buat nglarang kamu. 

          Aku nulis ini karena aku mau ngabarin, kalau aku disini baik-baik aja. Nggak nyangka ya udah 5 tahun kita nggak ketemu, tapi aku masih setia nungguin kamu loh. Entah kapan kamu mau ngasih kepastian buat aku, tapi disini aku selalu berharap.Oiya aku juga mau ngabarin kalau bulan depan ada reuni angkatan kita, kamu datang ya, aku kangen kamu.


Dari seorang anak aneh, yang sampai saat ini
masih saja tetap menunggumu.

Selasa, 24 Maret 2015

Kehidupan Sosial Budaya Romawi Kuno

Kali ini kita akan berbagi seputar keidupan sosial dan budaya peradaban roawi kuno. Pemerintahan Romawi semula berbentuk kerajaan (750 – 510 SM). Pada masa Kerajaan Romawi, selalu ada keributan di antara rakyat dan penguasa. Pada zaman raja Tarquinus memerintah, sebagai seorang diktator ia diberontak oleh Yunius Brutus, sehingga Romawi berubah menjadi republik (510 –27 SM). Pada masa republik, wilayah Romawi diperluas membentang dari Spanyol sampai Palestina – Jerman – Mesir. Oleh karena itulah, Orang Romawi menamakan "Laut Tengah adalah laut kita" (More Nostrum).


Masyarakat Romawi terbagi menjadi dua golongan.
a. Golongan patricia (golongan bangsawan), memegang kekuasaan di Roma sebagai warga penuh.
b. Golongan plebeca (rakyat rendah), golongan ini boleh mendirikan tribun plebis, salah satu konsulnya berasal dari plebeca. Untuk mengatur kehidupan bernegara disusun, undang-undang tertulis yang pertama, yakni Lejes Duodecim Tabularum yang berupa 12 lempengan tembaga.

Masyarakat Romawi selalu dilanda perang saudara antara senat dengan kaum proletar, perang tersebut akhirnya dimenangkan kaum proletar. Pada masa republik, Romawi diperintah oleh tiga tokoh yang disebut Triumvirat (60–44 SM), terdiri atas Pompeyus, Crassus, dan Yulius Caesar. Perang saudara masih terus berlanjut. Pada tahun 55 SM, Crassus meninggal sehingga timbul perselisihan antara Pompeyus dengan Yulius Caesar. Perselisihan itu dimenangkan oleh Yulius Caesar. Ia bersemboyan: Vini, Vidi, Vici (saya datang, saya melihat, saya menang). Namun, Triumvirat I gagal sebab terbunuhnya Yulius Caesar oleh Senat Cassius dan Brutus (44 SM). Pada waktu itu, rajanya Tarquinus.

Rakyat kemudian membentuk Triumvirat II, anggotanya: Antonius, Octavianus, dan Lipidus. Namun, Triumvirat II juga dilanda perselisihan, Lipidus terbunuh dan kedua
temannya membagi kekuasaan. Oktavianus berkuasa di sebelah barat Spanyol sampai Yunani, sedangkan Antonius berkuasa di sebelah timur Asia Kecil sampai Mesir. Antonius kemudian mengawini Cleopatra, putri Mesir. Perasaan saling curiga semakin nyata dengan adanya serangan Oktavianus kepada Antonius. Karena takut ditangkap, Antonius bersama Cleopatra bunuh diri dan kekuasaan akhirnya jatuh ke tangan Oktavianus dan Romawi lahir menjadi kekaisaran (27 SM).

Kekaisaran Romawi diperintah oleh Oktavianus yang bergelar Augustus, artinya yang mulia. Langkah yang ditempuh adalah
a. pegawai digaji tetap,
b. rakyat diperingan pajaknya,
c. menempatkan tentara di perbatasan, dan
d. bajak laut dibersihkan.

Wilayah Romawi saat itu meliputi Mesir, Siria, Palestina, Turki, Afrika Utara, Spanyol, Portugis, Prancis, Belgia, Belanda, Inggris, Jerman, dan Balkan. Suatu peristiwa yang besar pada zaman kejayaan Oktavianus adalah lahirnya agama Kristen di Palestina yang dibawa oleh Isa al Masih yang lahir di Bethlehem.

Romawi memasuki masa kegelapan saat pemerintahan Kaisar Nero. Ia adalah kaisar yang memerintah paling kejam, bahkan tega membunuh ibunya, istri, dan gurunya demi kepuasan akan cita-citanya. Ia juga membunuh orang Yahudi di Roma Timur dengan cara dibakar hidup-hidup dalam kubur massal (40.000 orang). Tempat itu lalu disebut Catacombe.

Setelah Kaisar Konstantin memindahkan ibu kota dari Roma ke Istambul (Bizantium), mulai berkembanglah agama Kristen ke Romawi. Pada zaman Kaisar Theodoseus, agama Kristen dijadikan sebagai agama negara. Ia membagi Romawi menjadi dua, Romawi Barat pusatnya di Roma dan Romawi Timur pusatnya di Bizantium. Akan tetapi, Romawi Barat akhirnya runtuh (476 M) sebab diserang oleh Odoaker dan Romawi Timur runtuh tahun 1453 M karena diserang oleh orang Turki Usmani.

Zaman Arkhaikum (Azoikum), Paleozoikum, Mesozoikum

Masa terbentuknya bumi sampai sekarang, manusia mengklasifikasikan nya menjadi 4 zaman. Dan kita saat ini berada di yang ke 4. Tiga zaman sebelumnya adalah Arkhaikum, Paleozoikum, dan Mesozoikum. Tema bahasan kita kali ini adalah ke tiga zaman ini.

Zaman Arkhaikum (Azoikum)

Zaman ketika belum ada kehidupan di bumi berlangsung sekitar 2.500 juta hingga 1.200 tahun yang lalu. Hal ini disebabkan bumi masih panas dan merupakan bola gas panas yang berputar pada porosnya.

Zaman Paleozoikum

Zaman Paleozoikum adalah zaman ketika terdapat kehidupan makhluk pertama di bumi. Zaman ini disebut zaman primer (karena untuk pertama kalinya ada kehidupan). Zaman hidup pertama di bumi terbagi menjadi beberapa tahap kehidupan, antara lain, sebagai berikut.
a. Cambrium, ada kehidupan amat primitif seperti kerang dan ubur-ubur.
b. Silur, mulai ada kehidupan hewan bertulang belakang, misalnya, ikan.
c. Devon, mulai ada kehidupan binatang jenis amfibi tertua.
d. Carbon, mulai ada binatang merayap jenis reptil.
e. Perm, mulai ada hewan darat, ikan air tawar, dan amfibi.

Zaman Mesozoikum

Zaman Mesozoikum disebut zaman sekunder (zaman hidup kedua) dan disebut juga zaman reptil sebab muncul reptil yang besar seperti Dinosaurus dan Atlantosaurus. Zaman ini terbagi menjadi tiga.
a. Trias, terdapat kehidupan ikan, amfibi, dan reptil.
b. Jura, terdapat reptil dan sebangsa katak.
Di zaman ini hidup hewan bernama dinosaurus. Umumnya Dinosaurus pemakan tumbuhan, kecuali Tyranosaurus. Rahangnya amat besar, giginya banyak dan panjang. Brontosaurus besarnya sepuluh kali gajah, hidupnya di air karena air membantu meringankan berat badannya.
Ada juga reptil yang bisa terbang, mempunyai sayap yang lebar dan mampu terbang berjam-jam di udara mencari makanan. Paruhnya panjang digunakan untuk menyambar ikan yang tampak di permukaan air, salah satu jenisnya adalah Pteranodon.

Seluk Beluk Pipet




Bekerja di laboratorium tentu tidak akan terlepas dari urusan ukur-mengukur alias pipet-memipet terutama untuk sampel fasa cair dan pipet volumetrik-lah senjata andalannya.  Akurasi dan presisi pemipetan merupakan faktor utama keberhasilan analisa atau percobaan yang melibatkan cairan, salah sedikit dalam memimet bisa mengacaukan analisis secara keseluruhan. Pipet sudah digunakan sejak abad ke-19 oleh Louis Pasteur (1822-1895) dan kini jenis pipet sudah berkembang luas dengan tingkat akurasi dan presisi yang bermacam-macam pula.

Mengenal Jenis-Jenis Pipet Volumetrik

  • Pipet Serologis. Pipet ini terbuat dari pipa kaca silinder yang lurus dan memiliki skala volume. Ketelitian pipet serologis sesuai dengan skala terkecilnya.
  • Pipet Volumetrik Volume Tetap. Pipet jenis ini hanya memiliki 1 garis tera dengan volume tertentu, berbentuk silinder tetapi bagian tengahnya lebih gendut. Ketelitiannya lebih tinggi dibanding pipet pasteur karena garis tera berada pada bagian atas pipet yang memiliki diameter kecil.
  • Pipet Volumetrik dengan Piston. Pipet jenis ini mulai berkembang pada tahun 1960-an. Awalnya pipet ini memiliki volume yang tetap, namun kemudian berkembang hingga memiliki volume yang dapat diatur pada range tertentu. Pipet jenis ini lebih disukai karena selain volumenya yang dapat diatur, akurasi dan presisi yang tinggi, pemakaiannya pun simpel dan mudah.

Gunakan Jenis Pipet yang Sesuai

Pipet yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis sampelnya:
  • Sampel Cairan Biasa. Gunakan pipet jenis air-displacement
  • Sampel Cairan Khusus. Untuk cairan kental (gliserol, madu), mudah menguap (chloroform, methanol), korosif dan mengandung radioaktif, gunakan pipet jenis positive-displacement.
  • Untuk sampel biologi molekular yang harus terbebas dari kontaminasi DNA, RNA, nuclease dan bahan lain yang dapat menimbulkan degradasi pada sampel, maka bisa digunakan pipet jenis air-displacement dengan menggunakan tips steril berfilter maupun menggunakan pipet jenis positive-displacement juga dengan tips dan piston steril.

Perhatikan Volume Cairan yang Akan Dipipet

Setiap pipet memiliki range volume tertentu. Maka jangan sampai salah memilih pipet, karena produsen tidak menjamin akurasi pemipetan jika dilakukan di luar jangkauan yang sudah mereka tentukan.
Selain itu jika volume yang kita kehendaki cocok dengan dua range volume pipet, maka pilihlah yang mendekati volume maksimalnya. Contoh, jika kita ingin memipet sebanyak 1.9 uL, bisa menggunakan pipet dengan range volume 1-10 uL atau 0.2-2 uL. Namun sebaiknya gunakan pipet dengan range 0.2-2 uL.

Gunakan Tip Pipet yang Baik

Sekilas nampak semua tip pipet sama saja, namun tidak semua tip cocok untuk semua pipet. Oleh karena itu pemilihan tip sangat menentukan akurasi pemipetan. Ada baiknya menggunakan tip dengan brand yang sama dengan pipet. Namun jika ingin menggunakan brand lain, maka harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
  • Tip harus bersih dan bebas dari partikel debu
  • Bentuk bagian kerah (yang menempel ke pipet) dan ujung tip harus benar-benar halus dan rapi
  • Transparan/tembus cahya
  • Tahan terhadap bahan-bahan kimia
  • Adanya keterangan nomor identifikasi, nomor batch dan sertifikat mutu merupakan hal penting untuk menjamin kualitas tip
  • Pilih kemasan yang sesuai, ada yang dikemas secara bulk, ada yang sudah berjejer rapi di dalam rak, ada yang sudah disterilisasi, dll.

Cara Memasang Tip yang Benar
Bagaimana cara Anda memasang tip pada pipet? Pipet diketuk-ketukkan dengan kuat ke dalam tip? Tip dikencangkan menggunakan tangan? Atau bagaimana? Ternyata cara yang benar adalah dengan memasukkan ujung pipet ke dalam tip (tidak terlalu kencang), kemudian pipet diputar untuk memperkuat posisi tip pada pipet. Khusus untuk pipet multichannel, cukup dengan digoyang sambil ditekan ke kiri dan kanan.

Mode Pemipetan: Forward atau Reverse?

Saat Ada menekan plunger pipet, maka Anda akan menemukan posisi plunger berhenti. Jika plungerterus ditekan, maka ia akan berhenti lagi pada posisi kedua. Nah, bagaimana cara pemipetan yang benar? Apakah plunger pipet ditekan hingga posisi berhenti pertama atau kedua? Ada dua cara pemipetan, yaitu Forward Mode dan Reverse Mode. Berikut ini ilustrasi kedua proses tersebut:
cara pemipetan mode forward

cara pemipetan mode reverse
Umumnya pipet jenis air-displacement menggunakan Forward Mode ketika melakukan kalibrasi, sehingga metode inilah yang harus kita gunakan. Mode Reverse dapat digunakan ketika menggunakan pipet jenis air-displacement untuk memipet cairan yang kental atau mudah menguap. Sementara itu pipet positive-displacement hanya menggunakan mode Forward saja.

Hati-hati dengan Kontaminasi

Ada beberapa jenis kontaminasi, kenapa bisa sampai terjadi dan bagaimana cara mencegahnya?
  • Kontaminasi Pipet-ke-Sampel. Penyebab: Menggunakan tip atau pipet yang sudah terkontaminasi.Pencegahan: Bersihkan dan sterilkan bagian pipet yang kontak dengan sampel. Gunakan tips steril, dan ganti tip setiap berganti sampel.
  • Kontaminasi Sampel-ke-Pipet. Penyebab: Sampel atau aerosol dari sampel kontak dan memasuki bagian pipet. Pencegahan: Jangan terlalu memiringkan pipet, simpan selalu pipet secara vertikal, sedot cairan dengan perlahan dan gunakan filter tip atau gunakan pipet positive-displacement.
  • Kontaminasi Sampel-ke-Sampel (sample carryover). Penyebab: Menggunakan tip bekas untuk sampel yang berbeda. Pencegahan: Ganti tip setiap  berganti sampel.

Kalibrasi dan Perawatan Rutin

Kalibrasi akan menjamin akurasi. Lakukanlah secara rutin minimal satu satun sekali. Kalibrasi bisa dilakukan sendiri atau dengan memanfaatkan jasa laboratorium kalibrasi yang sudah terakreditasi. Jangan lupa untuk melakukan hal-hal berikut ini:
  • Mengecek secara rutin kondisi pipet, periksa apakah ada bagian yang rusak, retak atau ada komponen yang hilang.
  • Membersihkan pipet setiap sebelum dan sesudah pemakaian dengan alkohol atau cairan khusus pembersih pipet.
  • Mensterilkan komponen-komponen pipet yang dapat disterilkan (dengan autoclave atau penyinaran UV)
  • Jika terdapat kerusakan atau kelainan dan kejanggalan, segera periksakan kondisi pipet Anda ke manufacturer atau agen penjualnya.

ELUSIDASI STRUKTUR MOLEKUL ORGANIK

Elusidasi struktur molekul organik dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektroskopi dengan instrumen yang digunakan yaitu: spektrofotometer ultraviolet (UV), infrared (IR), massa (MS), Nuclear Magnethic Resonance ( 13C-NMR, 1HNMR),Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT), 1H-13C Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC), 1H-1H Homonuclear Correlated Spectroscopy (COSY) dan 1H-13C Heteronuclear Multiple Bond 20 Connectivity (HMBC) dapat mengikuti metodologi seperti bagan dalam Santoni (2009) berikut ini :

Spektroskopi ultraviolet
     Untuk keperluan penentuan struktur, spektroskopi ultra violet memiliki kemampuan untuk mengukur jumlah ikatan rangkap atau konyugasi
aromatik dalam suatu molekul. Daerah panjang gelombang dari spektrum ultra violet berkisar 200 - 400 nm. Penyerapan sinar ultra violet oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi diantara tingkat energi elektronik molekul tersebut. Transisi tersebut terjadi pada orbital ikatan atau pasangan elektron bebas dengan orbital anti ikatan. Sistem (gugus atom) yang menyebabkan terjadinya absorbsi cahaya disebut kromofor. Transisi elektronik yang mungkin terjadi secara teoritis
diberikan pada gambar (Pavia et al, 2009).
Spektroskopi inframerah
     Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan elusidasi struktur, daerah dengan bilangan gelombang 1400 – 4000 cm-1 yang berada dibagian kiri spektrum IR, merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugusgugus
fungsional, yang merupakan absorbsi dari vibrasi ulur. Selanjutnya daerah yang berada disebelah kanan bilangan gelombang 1400 cm-1 sering kali sangat rumit karena pada daerah ini terjadi absorbsi dari vibrasi ulur dan vibrasi tekuk, namun setiap senyawa organik memiliki absorbsi yang kharakteristik pada daerah ini. Oleh karena itu bagian spektrum ini disebut daerah sidikjari (fingerprint region). Saat ini ada dua macam instrumen yaitu spektroskopi IR dan FTIR (Furier Transformation Infra Red). FTIR lebih sensitif dan akurat misalkan dapat membedakan bentuk cis dan trans, ikatan rangkap terkonyugasi dan terisolasi dan lain-lain yang dalam spektrofotometer IR tidak dapat dibedakan (Sitorus, 2009).


Spektroskopi 1H-NMR
     Spektroskopi 1H-NMR cukup banyak digunakan oleh kimiawan organik. Spektroskopi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap kelompok proton (H) dalam molekul organik akan beresonansi pada frekuensi yang tidak identik atau beresonansi pada frekuensi spesifik. Hal ini disebabkan kelompok proton suatu molekul organik dikelilingi elektron yang berbeda (lingkungan elektroniknya berbeda). Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti maka makin besar pula medan magnet yang digunakan. Karena setiap atom H (proton) suatu molekul organik mempunyai lingkungan elektronik (kimia) yang berbeda maka akan menyebabkan frekuensi resonansi yang berbeda (Sitorus, 2009). Pergeseran kimia, dilambangkan dengan δ, menyatakan seberapa jauh (satuan ppm) proton tersebut digeser dari proton standar Tetrametilsilana (TMS)


(δ = 0 ppm), terhadap frekuensi spektrometer yang digunakan. Pada skala δ maka untuk TMS didefinisikan sebagai (0,0 ppm) dengan skala (0-10) ppm. Beberapa spektroskopi menggunakan skala Ł (tou) yang besarnya adalah (10- δ) ppm. Pada spektroskopi 1H-NMR, maka skala δ dan Ł dicatat dari kiri ke kanan pada kertas spektrum (Sitorus, 2009).

Spektroskopi karbon NMR (13C-NMR)
     Spektroskopi proton atau 1H memberikan gambaran atom-atom hidrogen dalam sebuah molekul organik. Spektroskopi karbon-13 atau 13C memberikan gambaran karbon-karbon dalam sebuah molekul organik. Spektra karbon-13 tidak digunakan meluas seperti spektra proton. Dalam spektroskopi proton yang dilibatkan adalah isotop yang lazim dan alamiah dari hidrogen, 99,985% atom hidrogen adalah 1H. Tetapi karbon-13 hanya 1,1% dari atom karbon yang terdapat di alam, karena 98,9% atom karbon adalah 12C, suatu nukleotida yang tidak punya spin. Transisi inti 13C dari keadaan paralel ke antiparalel hanyalah transisi berenergi rendah. Karena kelimpahannya di alam hanya 1,1% maka sensitifitas 13C-NMR jauh lebih kecil dari 1H yang mempunyai kelimpahan 99,98% di alam. Pergeseran kimia 13C antara 0 sampai dengan 230 ppm yang terbagi atas sp3 antara 0 – 60, alkohol 60 – 80 ppm, sp antara 70 – 80 ppm, sp2 antara 100 – 160 ppm, gugus karbonil dari gugus karboksilat, ester, lakton, amida, anhidrida, antara 160-180 ppm sedangkan aldehid antara 180 – 200 ppm dan keton antara 190 – 230 ppm.Bentuk sinyal dari gugus metil (CH3) berbentuk quartet, metilen (CH2) berbentuk triplet, metin berbentuk doublet sedangkan karbon quartener berbentuk singlet (Santoni, 2009).

Spektroskopi Distortionless Enhancement by Polarization Transfer (DEPT)
     Percobaan DEPT (Distortionless Enhancement by Polarization Transfer) dapat membedakan signal karbon metil, metilen, metin dan karbon quarterner. Karbon metil dan metin menunjuk ke atas, karbon metilen ke bawah dan karbon quarterner hilang. Spektroskopi NMR DEPT memiliki 3 sub-spektrum yang berbeda: 45 MHz, 90 MHz dan 135 MHz. Pada DEPT-45 akan menunjukkan seluruh puncak atom karbon yang mengemban proton (hidrogen). Pada DEPT-90, puncak yang ditunjukkan hanya untuk atom karbon gugus metin (CH). Sementara pada DEPT-135 karbon metin dan metil memberikan puncak keatas (positive peaks), sedangkan karbon metilen puncaknya mengarah kebawah (Pavia et al, 2009).


Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC)
     HMQC merupakan salah satu jenis H-NMR dua dimensi yang digunakan untuk membantu dalam penentuan struktur suatu senyawa. Melalui data HMQC ini dapat diketahui proton-karbon dengan jarak satu ikatan, sehingga secara tidak langsung dapat mengetahui karbon yang mengikat proton dan karbon yang tidak
mengikat proton. Selain itu, juga untuk menentukan nilai geseran kimia karbon yang memiliki proton (Mitchell, 2007). Spektroskopi 1H-1H Homonuclear Correlated Spectroscopy (COSY) Spektrum H-H COSY adalah satu dari beberapa jenis spektroskopi NMR dua dimensi. Percobaan pertama untuk NMR dua dimensi diusulkan oleh Jean Jenner, seorang professor di Université Libre de Bruxelles pada tahun 1971.

Spektrum H-H COSY dapat memberikan korelasi H dengan H tetangga melalui kontur yang muncul pada spektrum. Dari spektrum ini dapat diketahui protonproton yang berdekatan pada suatu senyawa. Spektroskopi H-H COSY adalah metode yang paling mudah pada 2D NMR (Supratman, 2010).


Spektroskopi 1H-13C Heteronuclear Multiple Bond Connectivity (HMBC)
     HMBC merupakan salah satu jenis NMR dua dimensi yang digunakan untuk pembuktian struktur molekul (struktur dua dimensi) senyawa. Melalui data HMBC ini dapat diketahui proton-karbon dengan jarak dua atau tiga ikatan sehingga secara tidak langsung dapat digunakan untuk mengetahui karbon-karbon tetangga yang memiliki jarak dua sampai tiga ikatan dengan suatu proton tertentu (Mitchell, 2007).


Spektroskopi massa
     Spektroskopi UV-Vis untuk kimiawan organik digunakan untuk analisis kualitatif (λmaks) dan analisis kuantitatif berdasarkan persamaan Lambert-Beer. Spektroskopi IR untuk analisis gugus fungsional utama dan spektroskopi 1HNMR untuk menentukan tipe (jenis) proton dan perbandingan jumlah proton tersebut. Spektroskopi massa (MS) akan melengkapi pelacakan struktur untuk suatu molekul yang belum diketahui BMnya. Spektroskopi massa akan 26 memberikan informasi harga BM (g/mol) dan bagaimana pola pemecahan (fragmentasi) dari suatu molekul organik. Rekonstruksi terhadap fragmen dan dipadu dengan interpretasi data spektra IR dan 1H-NMR akan dapat mengelusidasi struktur molekul organik unknown (Sitorus, 2009).

Katalis Heterogen

Katalis Heterogen
     Secara umum sistem katalitik terbagi atas dua: pertama, katalis homogeneus, dimana katalisis berada dalam satu fase fluida (zat cair) biasanya katalis larut dalam pelarut (media reaksi), sedangkan yang kedua, katalis heterogeneus, dimana katalisis terjadi dalam fase yang lebih dari satu, katalis dapat berupa padatan dalam cairan atau padatan dalam gas. Sistem katalisis heterogen paling luas digunakan dalam bidang industri, hal ini disebabkan sistem katalis heterogen memiliki beberapa keuntungan misalnya dapat digunakan pada suhu tinggi sehingga dapat dioperasikan pada berbagai kondisi. Kemudian secara luas digunakan karena tidak memerlukan tahap yang panjang untuk memisahkan produk dari katalis (Andriayani, 2005).
     Katalisator heterogen mendapat perhatian lebih akhir-akhir ini dalam proses sintesis senyawa organik sehubungan dengan pertimbangan ekonomi dan lingkungan. Katalisator heterogen umumnya lebih murah, kereaktifannya yang tinggi, ramah lingkungan, dengan waktu reaksi yang tidak lama, selektivitas yang baik, penanganan sederhana, dan juga menghemat energi (Shaterian, 2009).
     Mayoritas dari katalis heterogen ini didasari pada silika, terutama sejak
beberapa riset menunjukkan keuntungan dari penggunaan silika, diantaranya kestabilan yang baik, luas permukan yang lebih besar, mudah dan murah, serta kemudahan gugus organik dalam menjangkar ke permukaan, untuk menyediakan pusat katalitis (Gupta et al 2008). Sementara NaHSO4.H2O adalah sistem katalis asam heterogen yang aman, murah, mudah dalam penanganan dan ramah lingkungan serta stabil dalam media reaksi. Shaterian et al (2008) telah menunjukkan bahwa NaHSO4.H2O adalah katalis yang efektif pada beberapa reaksi organik seperti sintesis asil-diazene, reaksi Friedel-Craft dan deproteksi dari asetal. Chavan et al (2008) mengungkapkan bahwa silika gel yang didukung dengan NaHSO4.H2O adalah sistem katalis heterogen yang murah dan stabil yang dapat digunakan pada banyak reaksi organik dibawah kondisi heterogen. Sementara Shaterian et al (2009) menggunakan katalis serupa pada sintesis senyawa amidoalkil naftol, dimana hasil yang didapat/yield sebesar 73-93%, waktu reaksi yang singkat, tidak mencemari lingkungan, serta murah dan mudah dalam penanganannya.

Minyak Atsiri

Minyak Atsiri
Sumber
     Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri (essential oil). Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap, bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Sumitra, 2003).
     Minyak atsiri merupakan salah satu sisa proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak terbang yang dihasilkan dari tanaman. Minyak atsiri dapat bersumber dari setiap bagian tanaman, yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar (Ketaren, 1985). Minyak atsiri mempunyai peran yang penting dalam bidang niaga sebagai cita rasa dan bau makanan, kosmetik, parfum, antiseptik, insektisida, obat-obatan dan sebagainya (Robinson, 1991). Minyak atsiri digunakan untuk kegunaan terapi (therapeutic action), flavoring/perasa (minyak lemon), parfum ( minyak mawar/rose), atau starting material untuk sintesis
senyawa tertentu (minyak terpentin). Untuk tujuan terapi minyak atsiri diberikan perinhalasi (misal eukaliptus), oral (minyak pepermint), penyegar dan pencuci mulut (thymol) dan transdermal (banyak macam termasuk lavendar, rosmery, dan bergamot dan digunakan pada praktek aromaterapi).
     Minyak atsiri pada umumnya diektraksi dengan 4 macam, yaitu metode penyulingan, pressing, ekstraksi dengan pelarut menguap dan ekstraksi dengan lemak padat. Untuk minyak atsiri yang berasal dari daun, akar dan kulit batang baik diekstraksi dengan cara penyulingan (distillation). Metode penyulingan dapat dilakukan dengan tiga sistem penyulingan yaitu dengan penyulingan air (water distillation), penyulingan dengan air dan uap (water and steam distillation) dan penyulingan dengan uap (Sumitra, 2003).

Sifat-sifat minyak atsiri
     
     Sifat-sifat minyak atsiri menurut Harbone (1996) adalah sebagai berikut: berbau harum atau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, mempunyai rasa getir, pahit, atau pedas, berupa cairan yang berwarna kuning, kemerahan dan ada yang tidak berwarna, tidak dapat larut dalam air dan dapat disuling uap, minyak atsiri tersusun dari monoterpenoid yang mempunyai titik didih sama dengan 140-180 oC dan seskuiterpenoid yang mempunyai titik didih > 200o C, larut dalam pelarut organic, beberapa mempunyai struktur siklik serta mempunyai satu gugus fungsi atau lebih (hidroksil, karbonil dan lain-lain).

Komposisi kimia minyak atsiri secara umum

     Minyak atsiri umumnya terjadi dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen dan Belerang (Ketaren, 1985). Komponen utama minyak atsiri adalah terpena dan turunan terpena yang mengandung atom oksigen. Terpenoid merupakan senyawa yang berada pada jumlah cukup besar pada tanaman. Terpenoid yang terkandung dalam minyak atsiri menimbulkan bau harum atau bau khas dari tanaman. Secara kimia, terpena minyak atsiri digolongkan menjadi dua bagian yaitu monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Beberapa contoh monoterpenoid antara lain geraniol, limonena, kamfor, mentol dan lain-lain. Yang termasuk seskuiterpenoid antara lain kariofilen dan santonin.
      Secara ekonomi senyawa terpena tersebut penting sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk remph-rempah serta sebagai senyawa cita rasa dalam industri makanan. Terpena juga sering kali terdapat dalam fraksi yang berbau, bersama-sama dengan senyawa aromatik seperti finilpropanoid. Selain terpena, minyak atsiri juga banyak mengandung senyawa turunan benzena seperti Eugenol, Kumarin, Sinamaldehid dan lain-lain.

Kegunaan minyak atsiri

     Banyak terpena yang berbau harum dan dengan demikian sering kali dapat dikenali langsung dalam sulingan tumbuhan bila terdapat sebagai kandungan utama. Kegunaan minyak atsiri sangat luas khususnya dalam berbagai bidang industri, contohnya antara lain dalam industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri, dan digunakan juga sebagai insektisida (Luthony dan Rahmawati, 1994).
     Dalam tanaman, minyak atsiri mempunyai 3 fungsi yaitu membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga dan sebagai cadangan makanan dalam tanaman (Ketaren, 1985).

KUMARIN

Kumarin
Tinjauan Umum
Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia “Coumarou” yang berarti pohon tonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan pertama yang diketahui mengandung kumarin. Barulah pada tahun 1868, kumarin dikenal dengan rumus C9H6O2.
Senyawa yang mengandung kumarin (2H-1-benzopyran-2-one) merupakan sebuah kelompok yang penting dari heterosiklis dan banyak contoh yang ditemukan di alam. Kumarin sendiri pertama kali diisolasi tahun 1822 dari kacang tonka. Kumarin dan turunannya juga telah diisolasi dari semanggi, rumput banteng dan woodruff.
Kumarin yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dikenal dari baunya. Bila tumbuhan tersebut dikeringkan, maka akan memberikan bau yang khas. Untuk pembuktian secara kualitatif dilakukan uji berdasarkan pada sifat fluoresensinya dengan sinar ultraviolet.
Larutan kumarin dalam alkali yang baru dibuat atau disimpan pada tempat yang gelap tidak menunjukkan adanya fluoresensi. Namun bila larutan tersebut diradiasi
dengan sinar ultraviolet, maka akan memberikan fluoresensi berwarna kuning-hijau dalam beberapa menit. Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan membiarkannya dalam cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama. Dalam proses tersebut terjadi fototransformasi dari bentuk asam cis-hidroksinamat (III) yang tidak berfluoresensi ke bentuk asam trans-hidroksinamat (IV) yang berfluoresensi (Erniwati, 2005).
Sifat fisis dan kimia
Sifat fisis dari senyawa kumarin sebagai berikut:
a)      Kristal berbentuk jarum dan tidak berwarna
b)      Titik leleh 670 – 690 C
c)      Titik didih 2970 – 2990 C
d)     Mulai menyublim pada suhu 1000 C
e)      Larut 0,25 g/100 ml pada suhu 250 C
f)       Larut 47,00 g/100 ml etanol 70% pada suhu 400 C
g)      Kristal berbentuk orthorombik atau rectangular
Sifat kimia dari  senyawa kumarin diantaranya:
a)      Sifat kelarutan kumarin sangat bervariasi, ada yang larut dalam pelarut polar, ada yang sedikit larut dalam pelarut polar dan ada pula yang larut dalam pelarut non polar
b)      Peleburan kumarin dengan NaOH menghasilkan asam asetat dan salisilat
c)      Nitrasi membentuk 6-nitrokumarin dan 8-nitrokumarin
d)     Sulfonasi di bawah penangas air memberikan kumarin 6-asam sulfonat dan pada suhu 1500 C memberikan 3,6-asam disulfonat
e)      Halogenasi dalam kloroform pada suhu ruang dengan bromida menghasilkan kumarin 3,4-dibromida atau 3,6-dibromokumarin
f)       Reduksi dengan almalgam natrium menghasilkan asam metilotat
g)      Kumarin sulit dioksidasi dan stabil dalam asam kumarin
h)      Cahaya radiasi atau radiasi ultraviolet mengubah kumarin menjadi suatu dimer (titk lelehnya 2630 C)
Kereaktifan Senyawa Kumarin
Kumarin dan turunannya adalah senyawa yang sangat reaktif. Keberadaan gugus metil di posisi C-4 atau C-6 membuat inti kumarin lebih reaktif, dan dapat mengakibatkan inti kumarin menjalani reaksi halogenasi serta kondensasi dengan aldehida. Karbon-6 pada cincin aromatik dapat mengalami serangan elektrofilik, misalnya sulfonasi atau reaksi asilasi Friedel-Craft. Sebuah substituen metil pada inti kumarin bereaksi secara berbeda, tergantung pada posisi serangan. Sebagai contoh, sebuah gugus metil yang terikat pada C-6 atau C-4 lebih reaktif dari gugus metil di posisi C-3 atau C-5 (Rashamuse, 2008).
 Perubahan terhadap struktur dasar kumarin diketahui dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas biologinya. Sebagai contoh, kumarin dengan gugus hidroksi dapat digunakan sebagai antiimflamantory. Sintesis kumarin dengan menambahkan berbagai gugus pharmacophoric pada posisi C-3, C-4 dan C-7 secara intensif aktif sebagai anti-mikroba, anti-HIV, anti-kanker, anti-oksidan, dan anti-koagulan. Kumarin-3-sulfonamides dan carboxamides telah dilaporkan memiliki efek toksisitas terhadap sel kanker pada mamalia. Substitusi pada posisi C-4 dengan gugus aryloxymethyl, arylaminomethyl, dan dichloroacetamidomethyl, menunjukkan potensi sebagai anti-mikroba dan anti-inflammantory (Dighe et al, 2010). Maka penelitian mengenai sintesis senyawa turunan kumarin menjadi sangat penting untuk dikembangkan lebih lanjut pada dunia medisinal.

Bakteri dan Antibiotik

Bakteri
     Bakteri adalah protista yang bersifat prokariot yang khas dan bersel tunggal (uniseluler). Sel-selnya secara khas membentuk bola (kokus), batang (bacillus) atau spiral (spirullum). Diameternya sekitar 0,5-1,0 m dan panjangnya 1,5-2,6 m. (Pelczar dan Chan, 1988). Semua bakteri bersel tunggal walaupun dalam beberapa keadaan dapat dijumpai gumpalan yang kelihatan bersel banyak. Bakteri dibagi menjadi tiga bentuk yang utama :
1. Kokus – bulat
2. Basil – berbentuk silinder atau batang
3. Spiral – batang melengkung atau melingkar-lingkar. (Fardiaz, 1992).

     Berdasarkan komposisi dinding selnya, bakteri dibedakan menjadi dua yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang memiliki lapisan peptidoglikan (molekul yang terdiri dari asam amino dan gula) yang tebal (20-80 nm) dan terdiri atas 60-100
persen peptidoglikan. Lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram negatif lebih tipis dibandingkan dengan bakteri Gram positif dan mengandung lebih sedikit peptidoglikan (10-20 persen), tetapi mempunyai membran luar yang tebal yang tersusun dari protein, fosfolipida, dan lipopolisakarida sehingga bersama-sama dengan lapisan peptidoglikan, keduanya membentuk mantel pelindung yang kuat untuk sel (Pelczar, 1988).
     
     Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat menimbulkan penyakit, terutama pada manusia. Hal ini dikarenakan pada bakteri mempunyai sistem yang dapat mengeluarkan toksin yang dapat menimbulkan reaksi terhadap organisme lain. Bakteri Gram positif dan negatif mempunyai potensi yang sama sebagai bakteri patogen. Dari segi sensitivitas terhadap komponen antibakteri, bakteri Gram positif cenderung lebih sensitif terhadap komponen antibakteri dibandingkan dengan bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan oleh struktur dinding sel Gram positif lebih sederhana, sehingga memudahkan senyawa antibakteri masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja (Pelczar 1988).

Antibiotika
     Antibiotika adalah substansi yang dihasilkan oleh organisme yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain meskipun pada jumlah sedikit (Subandi, 2010). Dalam Champney (2008) disebutkan bahwa antibiotika berasal dari dua kata, yaitu “anti” yang berarti “menentang” atau “mencegah” dan “biotik” yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kehidupan. Dalam dunia medis, antibiotika merupakan suatu komponen senyawa yang penting, sehingga mekanisme tentang bagaimana antibiotika menghambat atau membunuh bakteri telah diteliti dengan seksama selama beberapa dekade terakhir.
     Menurut Champney (2008), modus umum aktivitas antibiotik adalah sebagai berikut:
1. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel. Antibiotik yang paling terkenal yang mengganggu sintesis   peptidoglikan adalah β-laktam, contohnya pada penisilin.
2. Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat. Sebagai contoh, sulfonamid yang mampu meniru salah satu prekursor folat, bersaing dengan prekursor untuk enzim yang terlibat dalam proses sintesis folat, sehingga menghambat sintesis asam nukleat.
3. Penghambatan terhadap sintesis protein. Antibiotik jenis ini menghambat aktivitas translasi dari ribosom pada berbagai langkah sintesis protein. Contohnya puromycin yang merupakan inhibitor non-selektif dari sintesis protein yang mampu meniru tRNA.
     Suatu senyawa antibakteri dikatakan baik apabila bersifat toksisitas selektif. Berdasarkan sifat toksisitas ini antibakteri dibagi menjadi dua bagian yaitu bakterisida (membunuh) dan bersifat bakteriostatik (menghambat) pertumbuhan bakteri. Sifat selektif zat antibakteri berarti senyawa berbahaya bagi suatu bakteri tetapi tidak berbahaya bagi inangnya. Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat perbanyakan populasi bakteri dan tidak mematikan, sedangkan bakterisida bekerja membunuh bakteri. Beberapa antibakteri yang bersifat bakteriostatik dapat berubah menjadi bakterisida jika digunakan dengan konsentrasi tinggi.
Suatu antibakteri sebaiknya memiliki sifat-sifat berikut:
1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host.
2. Berspektrum luas.
3. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila digunakan dalam jangka waktu lama.
4. Tetap aktif dalam plasma atau cairan.
5. Larut di dalam air.

KROMATOGRAFI

Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner (Gritter et al, 1991).

Kromatografi lapis tipis (KLT)

   Kromatografi lapis tipis (KLT) fase diamnya berupa lapisan dan fase geraknya mengalir karena kerja kapiler. Dalam kajian analisis kualitatif, kromatografi lapis tipis sangat umum digunakan dalam teknik analisis kimia, antara lain yaitu:
1. Untuk identifikasi suatu senyawa.
2. Untuk mengetahui berapa banyak jenis senyawa dalam suatu campuran
(kemurnian).
3. Untuk mengetahui pelarut/perbandingan pelarut yang cocok untuk pemisahan pada kromatografi kolom.
4. Untuk memonitor pemisahan pada kromatografi kolom.
   Visualisasi untuk senyawa yang tidak berwarna harus dideteksi dengan cara penyinaran lampu UV, dengan memasukkan ke dalam uap iodin, atau dengan pereaksi penampak noda seperti Dragendorf. Noda yang didapat ditandai dengan pensil untuk menentukan harga Rf yang berkisar antara 0-1. Harga Rf dapat dihitung dengan membandingkan jarak yang ditempuh komponen dengan jarak yang ditempuh eluen (Sastrohamidjojo, 2001).

KLT preparatif
   Pada kajian preparatif, metode KLT adalah metode yang dapat digunakan untuk pemisahan senyawa dalam jumlah yang tidak begitu banyak dan komponen sampel yang akan dipisahkan juga tidak begitu banyak jenisnya. Sebagai adsorben pada umumnya digunakan silika gel atau alumina dengan ketebalan 0,5-2,0 mm
yang melekat pada suatu plat tipis dari kaca atau alumunium. Plat kromatografi yang digunakan biasanya berukuran 20 x 10 cm atau 20 x 20 cm. Sampel kira-kira 2 ml diaplikasikan dengan cara menggariskannya pada garis dasar dengan tidak merusak lapisan adsorben. Pengembangan dikerjakan seperti pada KLT lain. Banyaknya sampel yang diaplikasikan antara 50-250 mg. Cara visualisasi yang dipakai bersifat nondestruktif. Pengumpulan komponen yang terpisah dikerjakan dengan mengerok adsorben dengan menggunakan spatula atau silet yang bersih. Hasil kerokan tersebut dikumpulkan di atas corong dengan kertas saring. Kemudian diekstrak dengan pelarut yang mudah menguap dan polaritasnya cukup untuk melarutkan secara kuantitatif. KLT preparatif dikerjakan secara cepat untuk mencegah terjadinya kerusakan pada masing-masing komponen penyusun (Adnan, 1997).

Kromatografi kolom 
   Kromatografi kolom merupakan salah satu metode kromatografi dengan fase gerak cair dan fase diam padat. Penggunaan fase gerak (eluen) disesuaikan dengan kepolaran senyawa yang akan dipisahkan. Fase diam ditempatkan dalam tabung kaca berbentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan katup atau kran dan fase gerak dibiarkan mengalir ke bawah melaluinya karena gaya berat. Pada kondisi yang dipilih dengan baik, eluen yang merupakan komponen campuran, turun berupa pita dengan laju yang berlainan dan dengan demikian dipisahkan. Eluen biasanya dipisahkan dengan cara membiarkannya mengalir keluar dari kolom dan mengumpulkannya sebagai fraksi, seringkali dengan memakai pengumpul fraksi mekanis (Gritter et al, 1991).

Jamur Endofit dan Prospek Pemanfaatannya

 Dalam bidang kesehatan, penyakit yang disebabkan oleh bakteri merupakan satu masalah yang terus menghantui masyarakat. Bakteri patogen yang masuk ke dalam jaringan tubuh dan berkembang biak di dalam jaringan dapat menimbulkan infeksi. Untuk pengobatan biasanya digunakan suatu antibiotika tertentu. Dalam pengobatan penyakit infeksi, salah satu masalah yang sering dihadapi saat ini adalah terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik yang digunakan. Dengan berkembangnya populasi bakteri yang resisten, maka antibiotik yang pernah efektif untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu kehilangan nilai kemoterapeutiknya. Sejalan dengan hal tersebut, jelas bahwa ada kebutuhan untuk mencari agen antimikroba yang efektif dan baru (Barik, 2010).
     Produk alami dari tanaman yang berkhasiat obat diketahui telah lama menjadi sumber utama dalam bahan baku antibiotik. Menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan
dirinya pada penggunaan obat yang berasal dari tanaman. Sampai saat ini seperempat dari obat-obat modern yang beredar di dunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tanaman (Radji, 2005). Beberapa bagian tanaman seperti daun, akar, buah maupun biji suatu tumbuhan tertentu telah banyak diekstrak dan diteliti kandungan kimianya, khususnya metabolit sekundernya, terutama yang memiliki kemampuan aktivitas antibiotik tertentu. Tetapi mengingat keterbatasan bahan alam bila terus dieksploitasi, maka pengembangan bahan baku obat-obatan melalui sumber lain tetap perlu dikembangkan. Salah satunya adalah melalui mikroba endofit yang hidup pada jaringan tumbuhan.
     Jamur endofit merupakan mikroba endofit yang kaya akan senyawa organik dengan aktivitas biologis serta tingkat keanekaragaman yang tinggi. Saat ini diperkirakan 70.000-100.000 spesies jamur telah diidentifikasi dan itu baru sekitar 5% dari jumlah estimasi 1,5 juta jamur yang ada di planet ini (Hawksworth dalam Kumar, 2004). Dreyfuss dan Chapela dalam Kumar (2004) memperkirakan bahwa jamur endofit dari 270.000 spesies tumbuhan yang ada di planet ini dapat menjelaskan sekitar 1,38 × 106 spesies jamur endofit yang spesifik. Jamur endofit ini mewakili sebuah sumber ekologi tereksplorasi, dan metabolisme sekunder mereka sangat aktif karena interaksi metabolik mereka dengan tumbuhan inangnya (Husain, 2009).
     Jamur endofit sebenarnya merupakan mikroba yang hidup di dalam internal jaringan hampir semua tanaman yang sehat tanpa menimbulkan efek negatif secara langsung bagi tumbuhan inangnya (host). Mereka bersinergis dengan tumbuhan inangnya melalui hubungan simbiosis mutualisme dan beberapa dari mereka dianggap berguna untuk tanaman dengan memproduksi zat khusus seperti metabolit sekunder, yang dapat mencegah tumbuhan inangnya dari serangan jamur dan hama (Thongchai et al dalam Debbab, 2009). 
     Dari apa yang tampak akan kontribusi mereka terhadap tanaman inangnya, maka jamur endofit adalah sumber hayati yang dapat menghasilkan sejumlah besar zat, khususnya metabolit sekunder, yang berpotensi digunakan dalam industri farmasi, pertanian, dan bahan baku obat-obatan. Potensi/prospek untuk menemukan obat baru yang mungkin menjadi kandidat efektif untuk mengatasi masalah resistensi antibiotik dan penanganan penyakit pada manusia, tumbuhan, dan hewan besar dapat dipenuhi dari jamur endofit (Strobel et al 2003). Barik et al (2010) juga menyatakan bahwa jamur endofit yang hidup dalam jaringan sehat tumbuhan selain mampu
memproduksi suatu metabolit bioaktif yang sama ataupun derivatifnya yang bisa jadi lebih aktif dari yang diproduksi oleh tumbuhan inangnya. Banyak dari senyawa yang telah diekstrak dari jamur endofit ini bersifat bioaktif, meliputi alkaloid, steroid, terpenoid, peptida, poliketon, flavonoid dan fenol (Hundley, 2005).

TANAMAN TRANSGENIK

Perkembangan dan kemajuan yang dicapai dalam bidang biologi molekuler telah melahirkan dan berkembangnya teknologi rekombinan DNA atau yang dikenal dengan sebutan rekayasa genetik. Rekayasa genetik atau rekombinan DNA  adalah suatu kumpulan teknik - teknik eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifiksi dan melipatgandaan suatu fragmen dari material genetik (DNA) dalam bentuk murninya.  Manipulasi – manipulasi tersebut dilakukan secara in vitro dengan menggunakan material – material biologi (Khairul, 2001).
Gb: Jagung yang telah dirancang mengandung protein insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) (Kanan) lebih tahan terhadap hama. 
Rekayasa genetika tanaman merupakan suatu teknik untuk memperbaiki sifat- sifat tanaman dengan menambahkan sifat-sifat ketahanan antara lain ketahanan
terhadap serangga hama. Sifat-sifat ketahanan tersebut berasal dari gen-gen (materi genetik) yang diambil dari sumber yang berkualitas dan sangat beragam. Sumber materi genetik tersebut dapat berasal dari mikroba, hewan dan dari jaringan tanaman yang telah diketahui memiliki gen ketahanan tertentu. Keunggulan rekayasa genetika adalah kemampuannya untuk dapat memindahkan materi genetik tersebut dengan ketepatan yang tinggi dan terkontrol serta dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dimana hal ini tidak dapat dilakukan dengan cara pemuliaan tanaman.
 Rekayasa genetik, dalam bidang pertanian, memiliki banyak manfaat diantaranya akan dapat memperbaiki karakter penting seperti sifat ketahanan tanaman terhadap serangga. Teknologi transformasi juga akan memberikan wahana bagi pemulia tanaman untuk memperoleh gen atau kelompok gen baru yang lebih luas. Suatu gen yang tidak terdapat pada suatu spesies tanaman tertentu dimungkinkan untuk dapat diperoleh dari organisme lain seperti bakteri, virus, binatang, dan tanaman lain (Santoso, dkk, 2004).
Perbaikan sifat karakter tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik dengan pemuliaan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya teknologi rekayasa genetik. Kadang-kadang dalam perakitan varietas tanaman tahan serangga hama, pemulia konvensional menghadapi suatu kendala yang sulit dipecahkan, yaitu langkanya atau tidak adanya sumber gen ketahanan di dalam koleksi plasma nutfah. Contoh sumber gen ketahanan yang langka adalah gen ketahanan terhadap serangga hama, misalnya penggerek batang padi, penggerek polong kedelai, hama boleng ubi jalar, penggerek buah kapas (cotton bolworm), dan penggerek jagung (Wulandari, 2004). 
Untuk menghasilkan tanaman transgenik melibatkan beberapa tahap dalam teknik biologi molekuler atau seluler, salah satunya adalah karakterisasi atau identifikasi gen yang telah diintroduksi ke dalam jaringan tanaman. Keberhasilan teknik transformasi ditandai dengan keberhasilan menyisipkan rangkaian gen yang diintroduksi ke dalam genom tanaman, dapat diekspresikan dan tetap terpelihara dalam seluruh proses pembelahan sel berikutnya. Maka diperlu-kan upaya untuk mengkonfirmasi integritas gen yang diintroduksi dan menentukan jumlah kopinya di dalam genom tanaman, serta menentukan apakah gen tersebut dapat berfungsi dengan benar atau salah. Identifikasi dari jaringan tanaman yang tertransformasi dapat dilakukan dengan sejumlah teknik di antaranya adalah penggunaan teknik PCR dan analisis Southern Blot (Santoso, dkk, 2004).
 Beberapa tanaman transgenik hasil rekayasa genetika diantaranya adalah:
1. Round Up Ready R Soybean yaitu kedelai yang toleran terhadap senyawa aktif glifosfat yang terdapat pada herbisida.
2. Tomat yang dirancang agar proses pematangannya terhambat sehingga lebih tahan lama.
3. Kapas dan jagung Bt, yaitu kapas dan jagung yang dirancang mengandung protein insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt).
4. Beras yang mengandung vitamin A (golden rice)
5. Tanaman pisang penghasil protein asing (baik unutk nutrien maupun obat)

     Tanaman dan produk tanaman transgenik sudah beredar di pasaran, sebagian besar diproduksi perusahaan multinasional, sebagian diproduksi dalam skala kecil oleh laboratorium riset di berbagai negara. Di Indonesia sedang dikembangkan dua jenis padi transgenik oleh DR. Inez Loedin dari Pusat Penelitian Bioteknologi (P2 Biotek) LIPI bekerja sama dengan Badan Penelitian Biologi, Deptan, Universitas Leiden dan Plant Research International (PRI). Padi ini merupakan padi yang tahan kering dan tahan hama penggerek. Dr. Arief Witarto dan koleganya juga dari LIPI sedang mengembangkan “protein farming” yaitu tanaman transgenik dari tanaman biasa yang sudah dikenal seperti pohon pisang yang direkayasa sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan protein yang diinginkan.

Ada Partikel Berlian Dalam Nyala Lilin


Nyala api lilin ternyata mengandung limpahan berlian. Ini adalah temuan Wuzong Zhou, ilmuwan dari University St Andrews, Skotlandia, Inggris, yang dipublikasikan di Chemical Communication Journal bulan ini.

Penemuan ini bisa dikatakan tak direncanakan. Zhou hanya memenuhi tantangan koleganya yang mengatakan bahwa tak ada yang bisa mengetahui penyusun nyala lilin.

"Kolega universitas lain mengatakan, tak ada yang tahu penyusun nyala lilin. Saya bilang, saya percaya sains dan bisa menjelaskan semua, jadi saya berusaha menemukannya," kata Zhou.

Hasilnya mengejutkan. Ternyata ada 1,5 juta nanopartikel berlian dalam nyala

lilin tiap detik. Ukuran partikel berlian sangat kecil. Susunan 300.000 partikelnya cuma akan menghasilkan bentuk seukuran kepala pin.

Untuk mengetahui adanya partikel berlian itu, Zhou mengembangkan penyaring yang bisa memisahkan partikel dari pusat nyala lilin bersuhu 1.400 derajat celsius, kemudian mengevaluasinya.

Selain berlian, nyala lilin ternyata juga mengandung empat jenis senyawa karbon yang berbeda, termasuk grafit, jenis senyawa karbon yang biasa dipakai sebagai bahan baku mata pensil.

Penemuan berlian di nyala lilin berpotensi menyediakan "lahan" tambang baru untuk mendapatkannya. Cincin atau kalung berlian bisa dibuat dengan cara membakar lilin nantinya. "Sayangnya, partikel berlian terbakar dalam proses, menghasilkan CO2," kata Zhou memupuskan harapan.

Walau demikian, ia mengatakan, penemuan ini akan mengubah cara manusia memandang nyala lilin. Ia mengatakan tak usah khawatir, mungkin nanti ada penelitian yang bisa memberi solusi.

Yang jelas, seperti dikutip Daily Mail, Kamis (18/8/2011), Zhou kini akan meneliti api barbeque, apakah juga mengandung berlian.

Penemuan ini seperti mengingatkan kita pada kuliah kimia oleh Michael Faraday pada tahun 1860 di Inggris. Ia mengatakan, nyala lilin memiliki keindahan emas, perak, dan berlian. Kini diketahui, memang ada berlian dalam nyala itu.