Kumarin
Tinjauan Umum
Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia “Coumarou” yang berarti pohon tonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan pertama yang diketahui mengandung kumarin. Barulah pada tahun 1868, kumarin dikenal dengan rumus C9H6O2.
Senyawa
yang mengandung kumarin (2H-1-benzopyran-2-one) merupakan sebuah
kelompok yang penting dari heterosiklis dan banyak contoh yang ditemukan
di alam. Kumarin sendiri pertama kali diisolasi tahun 1822 dari kacang
tonka. Kumarin dan turunannya juga telah diisolasi dari semanggi, rumput
banteng dan woodruff.
Kumarin
yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dikenal dari baunya. Bila
tumbuhan tersebut dikeringkan, maka akan memberikan bau yang khas. Untuk
pembuktian secara kualitatif dilakukan uji berdasarkan pada sifat
fluoresensinya dengan sinar ultraviolet.
Larutan
kumarin dalam alkali yang baru dibuat atau disimpan pada tempat yang
gelap tidak menunjukkan adanya fluoresensi. Namun bila larutan tersebut
diradiasi
dengan sinar ultraviolet, maka akan memberikan fluoresensi berwarna kuning-hijau dalam beberapa menit. Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan membiarkannya dalam cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama. Dalam proses tersebut terjadi fototransformasi dari bentuk asam cis-hidroksinamat (III) yang tidak berfluoresensi ke bentuk asam trans-hidroksinamat (IV) yang berfluoresensi (Erniwati, 2005).
dengan sinar ultraviolet, maka akan memberikan fluoresensi berwarna kuning-hijau dalam beberapa menit. Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan membiarkannya dalam cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama. Dalam proses tersebut terjadi fototransformasi dari bentuk asam cis-hidroksinamat (III) yang tidak berfluoresensi ke bentuk asam trans-hidroksinamat (IV) yang berfluoresensi (Erniwati, 2005).
Sifat fisis dan kimia
Sifat fisis dari senyawa kumarin sebagai berikut:
a) Kristal berbentuk jarum dan tidak berwarna
b) Titik leleh 670 – 690 C
c) Titik didih 2970 – 2990 C
d) Mulai menyublim pada suhu 1000 C
e) Larut 0,25 g/100 ml pada suhu 250 C
f) Larut 47,00 g/100 ml etanol 70% pada suhu 400 C
g) Kristal berbentuk orthorombik atau rectangular
Sifat kimia dari senyawa kumarin diantaranya:
a) Sifat
kelarutan kumarin sangat bervariasi, ada yang larut dalam pelarut
polar, ada yang sedikit larut dalam pelarut polar dan ada pula yang
larut dalam pelarut non polar
b) Peleburan kumarin dengan NaOH menghasilkan asam asetat dan salisilat
c) Nitrasi membentuk 6-nitrokumarin dan 8-nitrokumarin
d) Sulfonasi di bawah penangas air memberikan kumarin 6-asam sulfonat dan pada suhu 1500 C memberikan 3,6-asam disulfonat
e) Halogenasi dalam kloroform pada suhu ruang dengan bromida menghasilkan kumarin 3,4-dibromida atau 3,6-dibromokumarin
f) Reduksi dengan almalgam natrium menghasilkan asam metilotat
g) Kumarin sulit dioksidasi dan stabil dalam asam kumarin
h) Cahaya radiasi atau radiasi ultraviolet mengubah kumarin menjadi suatu dimer (titk lelehnya 2630 C)
Kereaktifan Senyawa Kumarin
Kumarin
dan turunannya adalah senyawa yang sangat reaktif. Keberadaan gugus
metil di posisi C-4 atau C-6 membuat inti kumarin lebih reaktif, dan
dapat mengakibatkan inti kumarin menjalani reaksi halogenasi serta
kondensasi dengan aldehida. Karbon-6 pada cincin aromatik dapat
mengalami serangan elektrofilik, misalnya sulfonasi atau reaksi asilasi
Friedel-Craft. Sebuah substituen metil pada inti kumarin bereaksi secara
berbeda, tergantung pada posisi serangan. Sebagai contoh, sebuah gugus
metil yang terikat pada C-6 atau C-4 lebih reaktif dari gugus metil di
posisi C-3 atau C-5 (Rashamuse, 2008).
Perubahan
terhadap struktur dasar kumarin diketahui dapat memberikan pengaruh
terhadap aktivitas biologinya. Sebagai contoh, kumarin dengan gugus
hidroksi dapat digunakan sebagai antiimflamantory. Sintesis kumarin
dengan menambahkan berbagai gugus pharmacophoric pada posisi C-3, C-4
dan C-7 secara intensif aktif sebagai anti-mikroba, anti-HIV,
anti-kanker, anti-oksidan, dan anti-koagulan. Kumarin-3-sulfonamides dan
carboxamides telah dilaporkan memiliki efek toksisitas terhadap sel
kanker pada mamalia. Substitusi pada posisi C-4 dengan gugus
aryloxymethyl, arylaminomethyl, dan dichloroacetamidomethyl, menunjukkan
potensi sebagai anti-mikroba dan anti-inflammantory (Dighe et al,
2010). Maka penelitian mengenai sintesis senyawa turunan kumarin menjadi
sangat penting untuk dikembangkan lebih lanjut pada dunia medisinal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar