Perkembangan
dan kemajuan yang dicapai dalam bidang biologi molekuler telah
melahirkan dan berkembangnya teknologi rekombinan DNA atau yang dikenal
dengan sebutan rekayasa genetik. Rekayasa genetik atau rekombinan DNA
adalah suatu kumpulan teknik - teknik eksperimental yang memungkinkan
peneliti untuk mengisolasi, mengidentifiksi dan melipatgandaan suatu
fragmen dari material genetik (DNA) dalam bentuk murninya. Manipulasi –
manipulasi tersebut dilakukan secara in vitro dengan menggunakan
material – material biologi (Khairul, 2001).
Gb: Jagung yang telah dirancang mengandung protein insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) (Kanan) lebih tahan terhadap hama.
Rekayasa
genetika tanaman merupakan suatu teknik untuk memperbaiki sifat- sifat
tanaman dengan menambahkan sifat-sifat ketahanan antara lain ketahanan
terhadap serangga hama. Sifat-sifat ketahanan tersebut berasal dari gen-gen (materi genetik) yang diambil dari sumber yang berkualitas dan sangat beragam. Sumber materi genetik tersebut dapat berasal dari mikroba, hewan dan dari jaringan tanaman yang telah diketahui memiliki gen ketahanan tertentu. Keunggulan rekayasa genetika adalah kemampuannya untuk dapat memindahkan materi genetik tersebut dengan ketepatan yang tinggi dan terkontrol serta dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dimana hal ini tidak dapat dilakukan dengan cara pemuliaan tanaman.
terhadap serangga hama. Sifat-sifat ketahanan tersebut berasal dari gen-gen (materi genetik) yang diambil dari sumber yang berkualitas dan sangat beragam. Sumber materi genetik tersebut dapat berasal dari mikroba, hewan dan dari jaringan tanaman yang telah diketahui memiliki gen ketahanan tertentu. Keunggulan rekayasa genetika adalah kemampuannya untuk dapat memindahkan materi genetik tersebut dengan ketepatan yang tinggi dan terkontrol serta dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dimana hal ini tidak dapat dilakukan dengan cara pemuliaan tanaman.
Rekayasa
genetik, dalam bidang pertanian, memiliki banyak manfaat diantaranya
akan dapat memperbaiki karakter penting seperti sifat ketahanan tanaman
terhadap serangga. Teknologi transformasi juga akan memberikan wahana
bagi pemulia tanaman untuk memperoleh gen atau kelompok gen baru yang
lebih luas. Suatu gen yang tidak terdapat pada suatu spesies tanaman
tertentu dimungkinkan untuk dapat diperoleh dari organisme lain seperti
bakteri, virus, binatang, dan tanaman lain (Santoso, dkk, 2004).
Perbaikan
sifat karakter tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik
dengan pemuliaan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi
khususnya teknologi rekayasa genetik. Kadang-kadang dalam perakitan
varietas tanaman tahan serangga hama, pemulia konvensional menghadapi
suatu kendala yang sulit dipecahkan, yaitu langkanya atau tidak adanya
sumber gen ketahanan di dalam koleksi plasma nutfah. Contoh sumber gen
ketahanan yang langka adalah gen ketahanan terhadap serangga hama,
misalnya penggerek batang padi, penggerek polong kedelai, hama boleng
ubi jalar, penggerek buah kapas (cotton bolworm), dan penggerek jagung
(Wulandari, 2004).
Untuk
menghasilkan tanaman transgenik melibatkan beberapa tahap dalam teknik
biologi molekuler atau seluler, salah satunya adalah karakterisasi atau
identifikasi gen yang telah diintroduksi ke dalam jaringan tanaman.
Keberhasilan teknik transformasi ditandai dengan keberhasilan
menyisipkan rangkaian gen yang diintroduksi ke dalam genom tanaman,
dapat diekspresikan dan tetap terpelihara dalam seluruh proses
pembelahan sel berikutnya. Maka diperlu-kan upaya untuk mengkonfirmasi
integritas gen yang diintroduksi dan menentukan jumlah kopinya di dalam
genom tanaman, serta menentukan apakah gen tersebut dapat berfungsi
dengan benar atau salah. Identifikasi dari jaringan tanaman yang
tertransformasi dapat dilakukan dengan sejumlah teknik di antaranya
adalah penggunaan teknik PCR dan analisis Southern Blot (Santoso, dkk,
2004).
Beberapa tanaman transgenik hasil rekayasa genetika diantaranya adalah:
1. Round Up Ready R Soybean yaitu kedelai yang toleran terhadap senyawa aktif glifosfat yang terdapat pada herbisida.
2. Tomat yang dirancang agar proses pematangannya terhambat sehingga lebih tahan lama.
3. Kapas dan jagung Bt, yaitu kapas dan jagung yang dirancang mengandung protein insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt).
4. Beras yang mengandung vitamin A (golden rice)
5. Tanaman pisang penghasil protein asing (baik unutk nutrien maupun obat)
Tanaman dan produk tanaman transgenik sudah beredar di pasaran,
sebagian besar diproduksi perusahaan multinasional, sebagian diproduksi
dalam skala kecil oleh laboratorium riset di berbagai negara. Di
Indonesia sedang dikembangkan dua jenis padi transgenik oleh DR. Inez
Loedin dari Pusat Penelitian Bioteknologi (P2 Biotek) LIPI bekerja sama
dengan Badan Penelitian Biologi, Deptan, Universitas Leiden dan Plant
Research International (PRI). Padi ini merupakan padi yang tahan kering
dan tahan hama penggerek. Dr. Arief Witarto dan koleganya juga dari LIPI
sedang mengembangkan “protein farming” yaitu tanaman transgenik dari
tanaman biasa yang sudah dikenal seperti pohon pisang yang direkayasa
sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan protein yang diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar